Masuki lah alam rahsa, maka kau akan bahagia…
Mengapa rahsa???
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Rahsa beda dengan rasa. Tampaknya sama, tetapi jika ditelusuri, ke duanya berasal dari sumber yang berbeda.
Rasa berkaitan dengan pikiran, sedangkan rahsa berasal dari sesuatu yang lebih dalam. Mungkin bisa dikaitkan dengan bhava. Kata ini berasal dari bahasa Sanskrit atau sansekerta, artinya rasa terdalam.
Kita sering kali merasa sakit hati atau senang. Mari kita renungkan. Rasa senang atau duka dapat dipastikan berkaitan dengan pikiran, dengan intelektual tepatnya. Untung dan rugi, yang terutama pasti berkaitan dengan panca indera. Indera berkaitan dengan persepsi. Persepsi selanjutnya pasti berkaitan dengan pengalaman yang pernah dirasakan.
Persepsi adalah sesuatu yang ilusi. Persepsi setiap orang berbeda. Mengapa? Karena berkaitan dengan pengalaman masa lalu setiap orang. Misalnya, seseorang melihat sesuatu yang sama, tetapi pasti beda reaksi yang dialaminya. Ada seseorang bule yang melhat gudeg. Secara spontan, ia langsung merasa jijik. Ia tidak memiliki referensi tentang gudeg. Si orang Indonesia yang dari Yogyakarta, langsung bersyukur saat menerima gudeg, saat itu ia sedang tugas belajar di Belanda, misalnya. Suatu nikmat yang luar biasa. Ia sangat merindukan rasa gudeg.
Kembali pada si Belanda. Pandangan mata pertama saat melihat gudeg yang warnanya gelap bagaikan kotoran, ia langsung tutup hidung dan mungkin mual. Karena ia tidak memiliki referensi rasa pada lidahnya. Memori otak tidak ada rasa gudeg. Namun, dengan telaten dan sabar, si orang Yogyakarta menceritakan proses pembuatan gudeg yang makan waktu begitu lama dilengkapi dengan segala macam rempah. Maka, si Belanda pun mencobanya. Dan ternyata kemudian, ia menjadi penggemar gudeg. Di kemudian hari, ketika ia ke Yogyakarta, ia mencari gudeg yang pernah dirasakannya.
Penjelasan kemudian diolah oleh pikiran. Siapa yang mengolah? Otak tentunya. Tanpa eksistensi otak, pikiran tidak bisa melakukan proses. Dalam otak kita tersimpan banyak memori yang saling melengkapi. Ketika sesuatu info dari inderanya masuk sebagai inputan, si otak langsung mengolahnya. Apabia ada memori yang sama, reaksinya cepat. Tetapi jika belum ada memori tenteng hal tersebut, proses pengolahan agak lama.
So, peran otak sebaai hardware atau alat pengolah input dari indera atau pikiran. Pikiran sesaat terjadi. Misalnya kita melihat cewek. Indera penglihatan melihat kemudian mengirimnya ke otak. Si otak berpikir sesaat sesuai dengan referensi, dan mengatakan itu cewek. Jika hanya bereaksi atas dasar info dari mata, ini yang disebut pikiran.
Yang parah adalah bila si otak mengolah lebih lanjut. Rumahnya dimana, sudah menikah atau belum, perempuan ini sesuai dengan idaman dan selanjutnya. Maka, tak pelak lagi, bencana penderitaan pun terjadi. Inilah yang disebut gugusan pikiran atau mind.
Rahsa berbeda………..
Rahsa bahagia tidak memerlukan alat proses, otak.
Rahsa sudah ada dalam diri setiap insan. Rahsa bahagia adalah jati diri manusia…
Dan setiap orang bisa menggapainya.
Satu yang dibutuhkan. Rileks dan santai….
Saat tubuh rileks, si otak yang berfungsi sebagai pengolah data pun rileks. Saat itu terjadi, segala info dari panca indera tidak bisa diolah. Dan mind atau pikiran pun tidak terjadi. Rileks terjadi jika mata tertutup. Kita harus ingat bahwa pandangan mata menyerap kurang lebih 70% energi kita.
Dan ketika si otak yang sebagai pelayan indera tidak mau mengolah karena sedang tertidur atau rileks, rahsa bahagia pun muncul atau terjadi tepatnya……
Semakin sering dilakukan, rileks, semakin cepat pemutusan synap pada otak. Akibatnya, segala sesuatu yang membebani ‘jiwa’ atau bathin semakin berkurang. Dan rasa ceria dan bebas pun terjadi sebagaimana saat kanak-kanak…..
Betapa besar keagungan Nya. Semuanya bisa dilakukan dengan mudah. Dia Sang Maha memudahkan. Otak yang semakin sering mengolah data adalah penyebab penderitaan…
Just relax…….