Menjadi manusia
Dalam arti sesungguhnya, walaupun tubuh kita manusia, tetapi kita belum menjadi manusia seutuhnya. Bila dalam diri atau pikiran apalagi ucapan serta perbuatan masih membedakan golongan, ras, maupun keyakinan atau kepercayaan, kita belum menjadi manusia sebenarnya. Seekor anjing peliharaan juga membedakan orang yang memberikan makanan pada dirinya.
Dalam buku Sindhu Samskriti by Anand Krishna, www.booksindonesia.com dituliskan:
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Jadilah Manusia dan Lahirkan (Kembangkan) Kemuliaan.
(Manurbhava Janayaa Daivyam Janam)
RigVeda, Mandala 10, Sukta 52, Mantra 6
Ya, bila kita belum bisa mengembangkan sifat-sifat mulia di dalam diri nya, sifat-sifat ketuhanan – yaitu: kebaikan, kebajikan, kasih dan kepedulian tanpa syarat, tanpa batas, dan tanpa pilih kasih berarti kita belum layak disebut manusia.
Arti kata Manusia
Dalam diri manusia ada sifat pikiran dan buddhi. Kata ‘manas’ terdiri dari dua kata. Manas yang berarti pikiran. Pikiran yang berorientasi pada untung dan rugi. Inilah pikiran intelektual yang berdasarkan pengetahuan pinjaman; pengetahuan yang kita peroleh di masa kehidupan saat ini. Baik dari lingkungan maupun buku. Segala hal yang berkembang pada ranah ini selalu dilandasi kepentingan golongan dan kelompok.
Kata yang ke dua adalah ‘Isya’ Pola pikiran yang selaras dengan sifat alam semesta. Pikiran warga bumi. Yaitu pada manusia yang berpihak pada bumi. Pada planet ini. Pada kesejahteraan setiap makhluk yang menghuninya. ( Sindhu Samskriti by Anand Krishna). Bagian ini yang harusnya menjadi penguasa dalam kehidupan sekarang.
Manusia yang sejati atau sungguh manusia adalah yang memiliki sifat ketuhanan. Sifat mulia yang tidak hanya mementingkan golongan serta kelompoknya. Manusia yang seperti ini.
HAM
Banyak orang belum memahami kata tersebut di atas. Membela manusia dengan memperjuangkan hak azasi manusia bukan berarti hanya wujud luar sebagai manusia tetapi harusnya dimaknai lebih luas. Manusia seutuhnya. Bukan manusia jadi-jadian.
Yang ada saat ini adalah manusia seacara wujud kasar, namun belum jadi manusia seutuhnya. Manusia yang hanya wujud fisik tetapi cara berpikirnya masih setengah. Dengan kata lain masih berorientasi pada pola pikiran intelektual. Semuanya dilandasi kepentingan golongan dan kelompok saja. Cara berpikir yang pada ujungnya memecah belah. Bukan menuju pola pikiran yang menuju Kesatuan manusia.
Tujuan kelahiran
Hanya saat hidup sekarang inilah kita bisa mengubah diri kita menjadi manusia. Karena adanya hardware yang dalam bentuk otak. Tanpa adanya perangkat keras ini, maka kualitas mind belum atau bahkan tidak bisa ditransformasi menjadi buddhi atau intelejensia.
Setelah mind bisa menjadi buddhi, maka bisa disebut manusia seutuhnya. Intelektual bertransformasi menjadi intelejensia atau besok buddhi. Manusia yang hidup selaras dengan sifat alam semesta. Inilah Warga bumi…