Kekuatan Alam

Kekuatan Alam adalah yang membuat manusia bisa hidup. Kekuatan air, tumbuhan, matahari, udara, dan lainnya yang bisa menunjang kehidupan manusia. Namun sayangnya, masih banyak yang menyalahartikan bahwa ada kekuatan yang berbentuk hewan atau bentuk lain tertentu. Mereka tidak sadar bahwa bentuk tertentu adalah bentuk ciptaan pikiran atau mindnya sendiri.

Tujuan menciptakan bentuk sebagaimana keinginannya adalah sebagai afirmasi diri sendiri. Dia Sang Maha Keberadaan tidak butuh menciptakan bentuk yang akhirnya membuat manusia menjauh dari tujuan utama kelahiran. Tentang ini saya bahas di sini.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Keberadaan kekuatan alam untuk menunjang kehidupan manusia sehingga bisa melakukan transformasi dari intelektual menjadi buddhi. Proses ini tidak akan selesai selama kehidupan saat ini. Dengan makna ini, saya bisa mengetawai diri sendiri, karena saya juga melakukan hal sama untuk mendapatkan harta serta kekuatan agar dikagumi orang lain.

Sanatana Dharma

Sanatana berarti abadi; sedangkan Dharma adalah kebajikan yang selaras dengan sifat alam. Atau bisa diartikan demi kelangsungan hidup umat manusia. Istilah tersebut diambil dari Bahasa Sanskrit yang sampai saat ini dianggap tertua. Bahkan Bahasa ini merupakan Bahasa program sebagaimana hasıl penelitian Ahli di Nasa.

Leluhur kita telah mengenal kebajikan yang berasal dari Peradaban Sindhu. So, adalah suatu kebanggaan bahwa kita sebagai pewaris luhur suatu peradaban yang masih ada serta terus tumbuhkembang. Bila kita bisa me-apresiasi keluhuran warisan Nusantara, maka bukan merupakan sesuatu yang mustahil rasa percaya diri terwujudkan.

Pesan Bhagavad Gita

Dalam buku Bhagavad Gita by Anand Krishna juga bisa diakses lengkap di sini, dituliskan:

‘Mereka yang berkecendrungan Sattva memuja para dewa (menghormati kekuatan – kekuatan alam); mereka yang bersifat Rajas memuja para yaksa dan raksasa (menganggap materi dan kenikmatan indra segala-galanya); mereka yang memiliki sıfat Tamas memuja roh leluhur yang meninggal, bahkan roh-roh yang bedang gentayangan (sekedar percaya buta, bahkan pada ajaran-ajaran yang sudah tidak relevan, dan dengan melakoni sesuatu, yang justru masih relevan).’

Sifat ke tiga: Tamas adalah sinat para pemalas; ke dua Rajasik: agresif mencari kebendaan yang semakin menjauhkan dari tujuan utama kelahiran. Yang utama dan pertama adalah Satvic:  kebaikan atau kebajikan sebagaimana Sanatana Dharma.