Tuhan itu apa???? Sebutan Tuhan tergantung dari kemampuan ekspresi manusia itu sendiri. Tergantung dari apa yang mampu mereka lihat dan rasakan. Berbagai nama diekspresikan oleh berbagai bangsa sesuai dengan bahasanya. Tidak ada satupun bangsa yang mampu meminta hak cipta nama dari Tuhan. Bagaimana bisa? Bendanya seperti apapun tidak pernah tahu, kok beraninya mengajukan hak cipta. Namun lucu juga kelakuan manusia. Dari negara jiran, Malaysia pernah terjadi suatu peristiwa yang sangat mengocok perut. Sangat-sangat lucu………..
Seorang turis warga negara salah satu negara Uni Eropa ditangkap karena membawa CD atau kaset dari Indonesia dengan judul lagu rohani yang menggunakan nama Allah. Sebutan Allah sudah banyak digunakan di dalam kitab Injil dan selama ini tidak ada masalah di Indonesia. Selidik punya selidik ternyata nama sebutan Tuhan dengan istilah Allah telah di klaim bagi sebutan tunggal nama Tuhan bagi warga muslim di negara Malaysia. Alangkah sempitnya pemahaman tersebut. Tapi di lain sisi juga luar biasa nih orang Malay, berani mengklaim bahwa nama Allah merupakan sebutan milik mereka. Jelas lucu banget jika ada orang yang punya pendapat demikian. karena sesungguhnya tidak seorangpun yang mampu menjawab jika ada pertanyaan tentang Tuhan. Setiap jawaban merupakan konsep manusia. Semua jawaban bersumber pada pikiran dan pengetahuan. Padahal menurut Jalaludin Rumi : Segala sesuatu yang bersumber dari sesuatu yang terbatas pasti musnah. Termasuk dari pikiran manusia. Jadi jika seorangpun mampu mengetahui tentang Tuhan, pasti merupakan konsep yang berasal dari pengetahuan manusia yang serba terbatas. Dan pasti musnah. Semuanya ini sangat berhubungan dengan hukum perubahan. Pikiran dan pendapat manusia pasti berubah setiap saat. Semua benda tiada yang abadi. Satu-satunya yang abadi adalah perubahan itu sendiri.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Cerita yang tidak kalah lucu juga bersumber dari seorang teman yang mengaku melihat Yesus. Wah, hebat sekali ya. Ada seorang yang bisa melihat Yesus. Pertanyaan selanjutnya, apakah dengan melihat Yesus memberikan peningkatan kesadaran atau tidak? Atau manfaat apa yang akan diperoleh jika melihat Yesus?? Apakah setelah melihat Yesus, terus merasa super? Dan ujung-ujungnya membesarkan ego. Celaka benar!! Jika itu yang terjadi. Semuanya hanya halusinasi atau permainan maya pikiran. Dan yang terutama harus diwaspadai adalah jebakan pikiran kita sendiri. Saya pernah membahas tentang pikiran yang dapat dibagi dua. Satu sisi bersifat ilahiah. Otak kanan yang berorientasi pada kreativitas. Yang dimaksud dengan kreativitas di sini menurut Osho adalah segala inovasi pikiran yang berkaitan dengan spiritual alias peningkatan evolusi jiwa. Sedangkan otak kiri lebih berorientasi pada perhitungan matematis. Untung rugi. Artinya obsesi setoniah. Halusinasi adalah manifestasi ketidak tahuan. Artinya mengarah ke otak kiri, sisi setoniah (menurut istilah umum. Setan berasal dari pikiran kita sendiri. Ini adalah penafsiran saya) Istilah setan menunjukkan keterbatasan kita.
Hati-hati dengan alam maya. Penuh dengan jebakan dan tipuan. Ini memang terkait dengan kelangsungan toko Tuhan di atas muka bumi. Lha kalau semua manusia sadar akan permainan Tuhan, wah cilaka!! Toko Tuhan bakalan tutup. Lantas siapa yang mau bermain dan membeli mainan Tuhan di dunia?
Ketika ada yang mengatakan membela agama Tuhan, klaim dari kelompok fanatisme atau radikalis. Lucu juga ya. Kapan Tuhan punya agama?? Jangankan Tuhan. Bahkan para nabipun tidak pernah mengklaim bahwa dirinya beragama. Tujuan kedatangan nabi ke dunia adalah menyebarkan berita keselamatan. Nabi Isa adalah bukan seorang beragama Kristen. Demikian pula, Nabi Muhammad SAW tidak pernah menyatakan diri beliau beragama Islam. Adalah kemudia para pengikutnya menyatakan bahwa ritual yang menggunakan cara-cara nabi Muhammad SAW adalah Islam. Beliau juga hanya menyampaikan berita keselamatan. Tidak memaksakan pemahamn beliau. Dan Islam adalah Rahmattan lil alamin. Berkah keselamatan bagi alam semesta. Saya kadang lebih suka menggunakan kata Islam dengan menggunakan ’I’ dengan huruf kecil :’islam’. Karena islam berarti berserah diri. Dan berserah diri menunjukkan kata sifat. Jadi jika seorang berkata saya islam (dengan huruf ’i’ non kapital) berarti ia mempunyai sifat berserah diri. Seperti kata sifat lainnya, misalnya baik, indah dan lain kata sifat yang dinyatakan dengan huruf kecil. Inilah yang mungkin bisa melembabkan sifat arogansi dari Islam dengan huruf kapital.
Sangat beda jika kata Islam menggunakan ’I’ kapital. Bagi saya memberi kesan suatu ideologi atau nama lembaga. Yang berarti kata benda. Merendahkan esensi makna dari ajaran yang dibawa Rasulullah SAW tercinta. Saya ingat apa yang pernah disampaikan Anand Krishna. Beliau dulu mempunyai seorang guru. Seorang sufi penjual es balok di India, Seik Baba. Ketika ditanya apakah belia, Seik Baba, beragama Islam. Jawabnya, saya sedang menuju islam. Artinya bahwa islam adalah sifat, bukan suatu kelembagaan. Suatu pernyataan yang luar biasa. Tiada seorang pun yang mampu menjamin bahwa kita sudah berserah diri (islam). Hanya orang lain yang bisa menyebut diri kita sudah islam. Itupun diterima orang yang bersangkutan setelah meninggalkan badan kasar. Karena perubahan. Selama orang masih hidup, pasti mengalami kesadaran yang bersifat fluktuatif. Alias naik/turun. So, jika seorang sudah meninggal, pastilah tiada lagi perubahan sesudahnya. Jadi bagaimanakah kondisi si mati ini pada saat meninggal. Jika ia dalam keadaan berserah diri/islam, berarti ia sudah islam selamanya. Saat itulah kita bisa menyebutkan bahwa si fulan adalah islam. Bukan dalam keadaan hidup. terima kasih kepada Guruku yang telah memberikan pemahaman yang lebih baik tentang islam.
Menyimak pelajaran ini, bisa disimpulkan bahwa sesungguhnya pelajaran tentang pengetahuan kesadaran hanya dan hanya bisa diperoleh melalui seorang guru berbadan yang sudah mengalami kesadaran. Sebagian orang mengaku memperoleh pelajaran langsung dari Tuhan. Weleh-weleh, saya belon nyampek kalau nyang itu. Tujuan kelahiran ku di dunia adalah untuk peningkatan evolusi jiwa. Terjadinya peningkatan evolusi jiwa jika terjadi penipisan keterikatan terhadap dunia. Pertemuan dengan seorang guru sudah merupakan perjanjian terlebih dahulu. Mungkin ada yang bertanya kapan? Wah bagi saya kehidupan adalah proses yang tiada akhir. Kematian juga tidak abadi. Seperti kehidupan bagi seseorang. Jadi kalau kehidupan bagi seseorang tidak abadi, apakah kematian seseorang juga dapat abadi??? Sementara kita yakin bahwa yang abadi hanyalah Tuhan. Nah, kalau kematian kita dinyatakan abadi (selamanya), bukankah berarti kematian kita bersaing dengan keabadian Tuhan. Tidak mungkin lah. Badan bisa hancur. Mind atau jiwa tidak musnah. Jiwa atau roh tidak ada hubungannya dengan perbuatan kita. Mind yang harus menerima atau mengalami hukum sebab-akibat. Karena mindlah yang bisa memilah antara penderitaan dan kebahagiaan. Jiwa atau roh bagaikan energi atau memang energi kehidupan. Mind lah yang punya keinginan. Mind sangat licik. Namun di sisi lain, akibat adanya mind lah maka kehidupan dunia terus tetap berlangsung. Selama masih hidup mind sangat diperlukan untuk menggali pengetahuan. Jika kesadaran sudah berkembang dan berkembang terus hingga suatu saat mind harus berdiri dibelakang kesadaran. Kesadaranlah yang di barisan terdepan. Seperti istilah dalam agama Islam. Ketika nabi Muhammad SAW berhadapan dengan Allah, malaikat Jibril pun tidak bisa lagi mendampingi nabi Muhammad SAW. Bukankah di sini malaikat Jibril bisa diasumsikan mewakili mind pikiran? Ketika Sang Nabi SAW belum ketemu dengan Allah, Kesadaran Murni, malaikat Jibril masih berperan memberikan pelajaran. Ketika kesadaran sang Nabi mengemuka, mind atau malaikat Jibril tidak lagi dapat berdiri bersama. Bukankah semua itu hanya berarti kiasan??? Maaf semua merupakan asumsi saya pribadi. Jika pun ada yang tidak bisa menerima, marilah kita bersepakat untuk saling tidak sepakat.