Dasar apes…. Ia jadi korban dari pengalihan isu kasus Hambalang. Mungkin banyak yang bertanya, bagaimana kabarnya Anas Urbanungrum dan Andi Malaranggeng. Koq sepi-sepi saja? Yang diramaikan justru kasus Partai Korban Sapi (PKS). Ada apa???
Celakanya sang ketua PKS juga kesadarannya masih level SELANGKANGAN. Ia lupa diri dengan jabatan yang diembannya. Jadilah partai korban Selangkangan (PKS). Ia mencoreng nama baik partai sendiri.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Coba saja googling untuk cari seorang anak SMK yang bernama Darin Mumtazah (Lihat gambar di atas). Dari disewakan rumah seharga 175 juta untuk 2 tahun sampai seringnya mantan ketua Partai Ketiban Sial berkunjung. Menurut info, dalam seminggu 2 kali kunjungan ke rumah tersebut. Begitu banyak waktukah bagi seorang ketua partai untuk berkunjung ke rumah yang bukan muhrimnya? Apakah ini hal yang biasa? Anak teka juga tahu jawabannya… Apakah saksi pembantu dan tukang jual gado-gado berkata bohong.
Boleh saja beratribut seperti nabi. tetapi kelakuan tidak bisa ditiru. Atribut luaran dengan gampang ditiru. Tetapi perilaku? Sangat sulit temans.
Kita lupa bahwa di dunia ini sangat sementara. Kita lupa bahwa uang semestinya digunakan untuk menempuh perjalanan spiritual. Agama belum cukup untuk bekal ke dunia lain. Agama masih sekedar kapal atau jalan yang digunakan untuk menuju ke daratan. Agama hanya alat untuk menyeberangi lautan kehidupan.
Sebagai sampan, agama tidak bisa dibanggakan. Jika kita terlalu nyaman berada di dalam sampan, kita lupa bahwa kita harus turun untuk melanjutkan perjalanan ke suatu tempat yang tidak seorangpun tahu. Suatu tempat yang tidak dikenal oleh manusia. Tempat dimana para nabi dan para suci melanjutkan petualangannya.
Tiada seorangpun yang bisa bercerita tempat tersebut. Para suci dan nabi yang belum berkehendak melanjutkan perjalanan di wilayah tersebut dan masih prihatin terhadap manusia yang masih terjebak ego, mereka turun lagi untuk memberikan peringatan. Menyampaikan berita bahwa perjalanan sang jiwa masih panjang. Tiada seorangpun tahu ujungnya.
Mereka menyampaikan berita bahwa dunia hanya tempat persinggahan sementara. Manusia hanyalah musafir yang bersinggah. Janganlah merasa nyaman berada di dunia. Carilah atau burulah kemuliaan bagi sang jiwa. Sadarilah bahwa Sang Jiwa mulia sebagai percikan Jiwa Agung terjebak dalam pikiran. Dia Sang Maha Agung juga tidak bisa membebaskan percikan Nya dari jebakan pikiran manusia. Pikiran si manusia lah yang mesti.
Ketidaksadaran bahwa penyakit manusia seja zaman nabi adam berupa kenikmatan selangkangan masih saja menguasai manusia. Sang Ketua Partai Kesadaran Selangkangan begitu terpesona pada seorang gadis ayu yang masih mak nyusss. Tetapi akibatnya? Konon kabarnya istrinya juga tidak satu. Kita sering terjebak dengan yang dilakukan ole Baginda Rasulullah SAW. Beliau beristri lebih dari satu karena memiliki tujuan mulia. Kita? Yang saya tahu selama ini, ujung-ujungnya hanya sekedar pelampiasan nafsu hewaniah. Tidak satupun yang benar-benar sebagaimana dilakukan oleh Baginda Rsulullah SAW.
Kejadian yang menimpa pada mereka yang masih dalam perbudakan indrawi adalah sebagai peringatan betapa rumitnya perjalanan di dunia ini. Inilah yang disebut jembatan Shirottol mustaqien. Jembatan nan maha rumit ini bukanlah di alam sana. Tetapi di dunia. Di alam sana tidak lagi dibutuhkan jebakan untuk manusia. Untuk apa?
Benar sekali… Jembatan Shirottol mustaqien tidak diperlukan di alam setelah kematian. Karena tidak dibutuhkan lagi. Saat kematian tiba pun, seorang anak manusia sudah tahu bahwa ia hidup dalam jalan yang benar atau tidak. Nah, sepersekian detik ingatan kita mengalami flashback. Kia bisa melihat apa tujuan kelahiran dan yang kita perbuat di dunia sudah sama. Jika tidak, sang jiwa akan turun lagi ke bumi untuk melakukan perbaikan.
Masihkah kita bisa mengelak atas perbuatan kita? Tiada lagi perlu menunggu jembatan Shirottol mustaqien di alam sana. Jembatan itu ada di hadapan kita saat ini… Dan manusia sedang melewatinya….