Ketika orang memasang gambar-gambar bintang film yang diidolakan, kebanyakan orang menilai biasa. Tidak ada permasalahn. Tetapi ketika seseorang memasang gambar yang di idolakan sebagai pemandu spiritualnya, banyak orang akan menghakimi bahwa orang tersebut menyembah manusia sesamanya. Lantas apa bedanya? Semua karena suara lingkungan yang sudah terpolakan.

Karena kebanyakan orang memasang gambar bintang film atau sepak bola dalam kamarnya, banyak orang melakukan hal yang sama. Namun ketika ketika seseorang memasang gambar yang tidak umum dikenal masyarakat, ia lantas dihujat menyembah manusia. Pada hal dengan mengidolakan berarti ia menjadikan orang tersebut panutan.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Menjadikan Tuhan sebagai panutan berarti mengaplikasikan semua sifat-sifat yang maha. Misalnya Tuhan maha adil, kita juga mesti bersikap adil. Yang dimaksud adil adalah berbuat segala sesuatu sesuai hukum sebab akibat. Bukan adil menurut kemauannya sendiri, atau kelompok ataupun golongan. Seringkali kita berbuat menurut suara terbanyak. Ini bukan adil. Ini pemaksaan kehendak yang menurut kelompok atau golongannya sendiri benar.

Kasih adalah sifat Tuhan juga alam semesta. Bumi bersifat kasih. Walaupun diinjak dan di rusak tetap saja memberikan hal-hal yang bermanfaat pada manusia. Ia tidak mengeluh dan membalas perbuatan kita yang suka berlaku sewenang-wenang.

Kembali gambar atau patung. Banyak orang menghina mereka yang menghormati patung. Menganggap mereka menyembah patung. Tapi apa bedanya dengan seseorang yang marah bila ada tulisan tertentu kemudian dihinakan. Bukankah ke duanya sama. Sama-sama benda mati. Semua hanya pola pikir yang sudah dikondisikan oleh masyarakat sekitar. Kita tidak bisa mengapresiasi terhadap keyakinan orang lain. Kita selalu menganggap bahwa pendapat kita yang paling benar.

Kebenaran dari masyarakat umum adalah kebenaran semua. Bukan kebenaran absolut. Kebenaran yang absolut adalah kebenaran yang selaras dengan semesta. Jika belum bisa memahami kebenaran semesta, mari kita interospeksi diri. Jika perbuatan dan ucapan kita menyakitkan orang lain adalah bukan kebenaran. Tapi pembenaran.

Pembenaran atas perbuatan yang belum tepat. Tindakan yang tepat adalah tindakan yang selaras dengan sifat alam. Matahari memberikan sinarnya tanpa memilih warna kulit atau pun keyakinan orang tersebut. Pohon juga tidak pernah memilih saat buahnya dipetik oleh orang yang berkeyakinan berbeda. Mengapa pikiran manusia menjadi jebakan dan bahkan menjadikan manusia berderajat lebih rendah dari hewan? Berarti ada lembaga lain di atas pikiran yang lebih bijak. Lembaga ini adalah penguasa hati manusia. Sayangnya kita sering meletakkan pikiran di tempat tertinggi.

Pikiran bersisi dua bagaikan mata uang. Ada sisi yang menjadikan manusia makhluk mulia, ada pula sisi yang menjadikan manusia lebih gelap pandangannya. Ia belum memahami adanya Dia yang senantiasa bertahta dalam hatinya. Dia yang menjadikan manusia makhluk mulia. Bukan kebalikannya…..

Salam memuliakan jiwa mulia dalam diri….