‘Mereka yang memuja Para Lingga, Bahya Lingga, atau Lingga Ekternal sesungguhnya adalah insan-insan yang tersesat. Apa yang mereka peroleh dari pemujaan luaran tersebut sungguh tidak berarti dan sangat terbatas.’

(Jnana Sastra by Anand Krishna, www.booksindonesia.com)

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Siang itu tanggal 6 Nopember 2016, kami dari Yayasan Anand Ashram melakukan kunjungan ke salah satu panti wredha di Ciracas. Panti Sosial Tresna Wredha, itu namanya. Nama yang indah. Panti ini dikelola oleh Pemda DKI. Cukup bersih dan terawat keadaannya. Cukup asri serta adem karena banyak pepohonan.

Walaupun demikian, dapat dipastikan para penghuninya banyak yang merasakah tidak nyaman. Mereka merasa tidak bebas. Mereka merasakan kesepian. Mengapa?

Karena mereka pada umumnya masih menganggap dunia luar atau dunia materi adalah segalanya. Mereka begitu erikat pada dunia benda. Saat mereka ditiggalkan oleh saudara atau kerabatnya, mereka merasakan begitu kesepian. Mereka memuja Para Lingga. Sekelumit comotan kalimat pada awal membuktikan bahwa para leluhur kita telah memahami bahwa orientasi pandangan ke luar atau memuja Para Lingga, Bahya Lingga atau Lingga Eksternal adalah insan yang tersesat.

Pada saat mata terbuka kemudian melihat ke luar, kita  akan memiliki pandangan terbatas. Pemujaan Lingga eksternal menyesatkan kita. Sebaliknya, ketika kita bisa menutup mata kemudian melakukan perjalanan ke dalam diri, kita akan mengakses alam yang tidak terbatas. Pandangan kita akan meluas ke alam tidak terbatas. Mungkin kita mengatakan, ‘Ah itu angan-anganmu saja!!!’

Pernahkan terpikir oleh kita bahwa segala yang kita bisa bayangkan saat menutuhp mata bukanlah angan-angan? Mungkinkah kita membayangkan sesuatu yang belum pernah kita lihat?

Sama sekali tidak mungkin. Segala hal yang bisa kita lihat pada saat memejamkan mata sesungguhnya ada di dalam memori kita. Memori itu bisa saja berada diu alam bawah sadar atau subconscious mind. Yang sesungguhnya adalah memori yang kita tidak sadar telah menyimpannya selama ini.

Yang kita sebut alam sadar atau conscious mind adalah ingatan yang dengan sadar ingin kita simpan. Sedangkan alam yang di bawah sadar adalah semua memori yang tidak ingin kita simban dengan sengaja, tetapi tersimpan secara otomatis. Segala sesuatu yang kita lihat, dengar, rasakan di [emukaan kulit ataupun lidah telah tersimpan secara otomatis.

Dan ketika kita mulai menutup mata serta menjelajah di alam tanpa mata, kita mengakses ke alam bawah sadar. Mungkin saja itu memori saat hidup sekarang. Bisa juga sebelum kelahiran saat ini. Semakin sering kita melakukan perjalanan ke dalam diri atau Inner Journey, kita semakin asyik. Dengan cara ini kita bisa mengakses menuju kepada Dia yang tidak bisa jumpai dengan mata terbuka. Ini yang membuat seseorang tidak merasakan kesepian.

Penderitaan yang mungkin dialami oleh para penghuni panti wredha adalah karena tidak sadar bahwa ada teman perjalanan yang ada dalam diri kita sendiri. Tiba-tiba saya teringat seorang Aurobindo. Beliau seorang yang tercerahkan tinggal di Pondocheri, India. Ia tinggal di dalam kamarnya lebih dari 40 tahun. Namun dengan cara ini, ia bisa menulis buku begitu banyak. Ia tidak membutuhkan sesuatu untuk menuliskan buku. Dengan kata lain, ia melakukan perjalanan ke dalam diri sebagai bahan tulisan.

Ne;son Mandela yang dipenjara selama 27 tahun mengatakan bahwa tiada seorang pun bisa memenjarakan pikirannya. Tubuhnya bisa dipenjarakan, tetapi pikirannya tetap bebas mengembara ke alam yang tidak terbatas.

Demikian pula para suci, avatar serta para nabi melakukan perjalanan ke dalam diri untuk menemukan kebenaran. Oleh karenanya, mereka tidak tersesat di alam benda. Pikiran mereka begitu jernih melihat bahwa evolusi pikiran terjebak bila di alam kesesatan dunia benda.

Untuk mengatasi kesepian di masa tua, lakukan sesering mungkin perjalanan ke dalam diri untuk selau berbincang dengan Dia Yang Maha Mulia…………. Inilah takdir setiap insan. Inilah tujuan kelahiran di bumi……