‘Mereka yang cuma berbicara tentang pencerahan belum tercerahkan. Adalah ego mereka yang berbicara. Mereka berhalusinasi. Dengan mempercayai dan mengikuti mereka, Anda menjadi seperti mereka.
(That is Truth That too is Truth by Svami Anand Krishna)
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Pencerahan bukan ranah untuk dibicarakan. Saat seseorang mengalami pencerahan, yang kita lihat pada para avatar dan santo, mereka berubah menjadi penuh kasih. Mereka adalah manifestasi Kasih itu sendiri. Mereka hanya bisa berbagi atau sharing. Bukan lagi bicara tentang pencerahan.
Demikian juga yang dialami Jesus ketika pada suatu ketika ditanya oleh siswanya: ‘Mengapa Rabbi tidak membalas caci maki mereka?’ Dan Sang Rabbi pun menjawab: ‘Aku tidak memiliki mata uang yang sama untuk membalas cacian mereka.’ Dala hati mereka telah dipenuhi rasa kasih. Bukan kah Kasih itu sifat utama Nya?
Demikian juga yang dikatakan oleh Rabiah, sang sufi wanita. Dia tidak lagi bisa membenci setan. Dalam hati serta pikirannya terisi seutuhnya oleh Kasih Ilahi. Tuhan lah Kasih itu. Mereka sudah pada frekuensi yang berbeda dengan para haters.
Jika suatu ketika, kita bertemu dengan seseorang yang suka membicarakan pencerahan, mereka masih pada ranah suka berhalusinasi. Mereka ‘merasa’ sudah cerah. Mereka yang cerah bahkan sulit untuk diajak bicara tentang pencerahan. Mereka hanya bisa berbagi. Karena disadari atau tidak, kemalasan mereka untuk berbicara tentang pencerahan, sesungguhnya sudah menjauhi ranah mind. Mind inilah sang ego. Mind ini masih suka koleksi pengetahuan. Dan pengetahuan hasil dari buku atau pengalaman orang lain hanya sekedar wacana pinjaman.
Saya ingat cerita tentang Sidharta Gautama, sang Buddha. Cukup lama mengajak agar dia mau berbagi tentang pengalaman pencerahan. Ia selalu menjawab: ‘Untuk apa berbagi? Mereka semuanya suatu ketika akan mengalami pencerahan. Setiap insan atau makhluk sedang ber-evolusi menuju ke buddhaan. Setiap orang berpotensi mengalami pencerahan atau kebuddhaan.’ Sampai akhirnya pada suatu ketika ia sadar bahwa bisa saja seseorang terjerumus jika tidak ada yang me-mentori.
Namun setelanh berulang kali didesak, pada akhirnya ia sadar bahwa seseorang perlu tuntunan atau kelompok atau group yang mendukung atau supporting group. Tanpa kehadiran group ini, ia menjadi lemah dan kembali terseret dalam dunia materi atau duniawi.
Sang Buddha sadar bahwa sharing nya akan sangat bermanfaat bagi pejalan spiritual yang belum tahu gangguan atau hambatan yang dihadapi para pelaku spiritual. Demikian pula yang sampai saat ini masih berbagi pengalaman sejati.
Yang perlu diwaspadai adalah kesukaan mengumbar tentang pencerahan. Kita tidak sadar bahwa yang mendominasi kita saat bicara adalah mind. Karena kita tidak bicara tanpa mind. Dengan kata lain, kita masih didominasi oleh kekuatan mind. Kita sedang membicarakan wacana dan wacana. Itulah kegemaran ego atau mind.
Hindari mereka yang suka berbicara tentang pencerahan. Pencerahan adalah laku menuju persatuan dan kesatuan.
‘Yang sungguh cereal senantiasa berbagi pencerahan mereka tanpa menyombongkan diri. Kehadiran mereka adalah mencerahkan, dan sebum berkah. Dimanapun mereka berada, pencerahan terjadi, pencerahan ada.’
(That is Truth That too is Truth by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com)