Semakin banyak pengetahuan semakin pintar melakukan tindakan kejahatan atas dasar agama. Pengetahuan membuat manusia terjebak untuk menggurui orang lain. Alhasil, hanya pujian. Masih ingat, mengapa nabi Adam mesti jauh dari Tuhan? Sebagai akibat makan buah pengetahuan, buah kuldi. Seandainya bapa Adam tidak makan buah pengetahuan, Dia hanya bisa menyembah Tuhan. Bicara dengan Tuhan. Hanya itu yang diketahuinya saat itu. Dan itulah kebahagiaan.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Namun akibat pengetahuan, ia jauh dari Tuhan. Dalam pikirannya sudah ada konsep lain sehingga ia tidak fokus lagi pada Tuhan. Pikirannya telah bercabang pada selain Tuhan. Ia telah menduakan Tuhan. Demikian pula, bukan pengetahuan tentang agama yang dibutuhkan untuk menjadi manusia baik, melakoni keagamaan dalam keseharian lah yang bisa menciptakan dunia damai dan penuh kasih. Semakin banyak pengetahuan, semakin besar nafsu ingin berdebat agar dapat pujian. Inilah ego. Ia tidak lagi menyembah Tuhan, tetapi menyembah egonya sendiri. Ia menuhankan pikiran.
Pengetahuan tentang Tuhan menjadikan manusia gila konsep tentang Tuhan. Ujungnya? Berdebat dan merasa bahwa dengan pengetahuan ia bisa mengenal Tuhan. Semakin banyak pengetahuan tentang konsep Tuhan semakin menjauhkan manusia dari Tuhan. Mengapa? Pengetahuan berkaitan dengan pikiran. Kita tidak bisa mengenal atau merasakan kehadiran Nya dengan pikiran. Pikiran senantiasa mengajak manusia menjauhi Tuhan. Kita lupa bahwa nabi Adam terjatuh dari surga karena pengetahuan yang dimilikinya. Akan kah kita mengulang pengalaman nabi Adam?
Akibat pikiran kita yang selalu berkonsep ria tentang Tuhan, kita lupa mendekatkan diri kepada Dia. Kita lupa bahwa konsep Tuhan bukanlah Tuhan. Konsep tentang Tuhan semakin menjauhkan sifat ketuhanan dari manusia. Lepaskan konsep pengetahuan tentang Tuhan jika ingin mengenal Tuhan.
Kebahagiaan terjadi ketika kita bebas dari konsep. Konsep adalah permainan pikiran. Pengetahuan tentang agama semakin menjauhkan manusia dari sifat ketuhanan. Ujung-ujungnya, ia terjebak dalam permainan pikiran sendiri. Ia merasa sudah tahu Tuhan karena bisa mengkonsepkan Tuhan. Ia lupa bahwa pikirannya sangat terbatas. Ia bagaikan ikan yang ingin mengkonsepkan lautan. Sedangkan ia sendiri di dalam lautan. Tidak mungkin ikan mengkonsepkan air sementara ia hidup dalam air.
Tuhan bisa dirasakan kehadiran Nya, namun tidak bisa dipikirkan. Ikan dapat merasakan kehadiran air, tanpa air ia mati. Merasa bisa akan menciptakan kesengsaraan. Bisa merasa menjadikan orang bahagia. Merasa tahu tentang Tuhan menjadikan seseorang sombong. Bisa merasakan kehadiran Tuhan membuat dirinya penuh kasih.
Pengetahuan tentang agama menjadikan seseorang sombong. Tuhan tidak butuh pengetahuan tentang agama. Yang dibutuhkan Tuhan adalah manusia hidup dalam kedamaian dan bisa menjaga semua ciptaan Nya. Itupun Tuhan tidak butuh. Sesungguhnya manusia yang butuh alam untuk menjaga kelangsungan hidupnya.
Untuk apa bisa mengahafal satu buku kitab suci? Saya yakin bahwa Tuhan tidak butuh hafalan. Yang butuh hafalan siapa? Manusia itu sendiri. Untuk apa hafal kitab suci jika melakoni isi kitab saja tidak bisa. Kitab suci bisa dikatakan sebagai kitab suci jika seseorang yang melakoni isi kitab tersebut bisa menjadikan seseorang suci. Bagaimana kriteria kesucian?
Kesucian terjadi jika seseorang bisa hidup sebagaimana sifat alam. Matahari memberikan sinarnya untuk menghidupi makhluk di bumi. Demikian pulan seseorang suci kehadirannya mengingatkan Tuhan. Perilaku manusia yang bisa mengingatkan sifat ketuhanan itulah yang disebut manusia suci. Seseorang tidak bisa dikatakan suci karena bisa menghafal isi kitab suci. Ia bagaikan keledai menggendong kita tetapi tidak bisa membaca kitabnya.
Kata dan perbuatan yang mengingatkan manusia akan sifat Tuhan berarti orang tersebut memiliki perilaku penuh kasih. Ucapan dan perilakunya mengingatkan bahwa manusia mesti ingat akan tujuan kelahiran. Kebebasan itulah tujuan kelahiran manusia di bumi.
Bebas dari belenggu pengetahuan. Bebas dari konsep Tuhan. Bebas dari keterikatan duniawi. Kebebasan itulah kebahagiaan. Bebas dari perbudakan pikiran. Jangan salah artikan kebebasan disini sebagai kebebasan tidak bertanggung jawab. Kebebasan disini adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Tanggung jawab terhadap hukum sebab akibat. Janganlah perlakukan orang lain jika dirimu tidak mau diperlakukan demikian. Inilah kebebasan yang bertanggung jawab. Kasihilah sesamamu sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri.