Hutan belantara kehidupan terus mengalami perubahan. Saat manusia lahir persis sama dengan seseorang yang memasuki hutan belantara. Hutan kehidupan tiada beda dengan hutan yang penuh tumbuhan liar. Tiada seorang pun bisa memprediksi apa dan bagaimana keadaan hutan tersebut. Peta yang telah dibuat oleh mereka yang dahulu memasuki hutan tersebut tidak akan valid jika digunakan beberapa tahun kemudian. Yang dulu ada jalan beberapa tahun kemudian dapat dipastikan berubah. Demikian juga peta kehidupan, selalu berubah dan berubah. Kita memerlukan petunjuk berupa peta yang senantiasa di update.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Perjalanan mengarungi kehidupan memerlukan peta yang dibuat oleh seorang yang juga baru. Dengan kata lain Tuhan pasti selalu mengutus setiap utusan menyesuaikan keadaan zaman. Para utusan terdahulu hanya valid pada zamannya. Bukankah dalam setiap kitab suci pesan seperti ini ada? Mari kita pikirkan, apakah mungkin seorang utusan terdahulu dengan peta lama bisa mengarungi hutan kehidupan yang sudah berubah? Tidak disangkal memang pola kehidupan tetap sama. Namun cara menyikapi hutan belantara kehidupan memerlukan tuntunan seorang pemanduyang sesuai dengan zamannya.

Sayangnya banyak orang tidak mau menerima perubahan. Mereka masih senang dengan status quo. Itu juga hak mereka. Tiada yang menyalahkan. Sama dengan seseorang yang sekolah. Mau naik kelas atau tidak bukanlah kewenangan sang guru. Dipaksa pun untuk naik kelas jika tiada kesiapan untuk menghadapi suasana kelas yang baru, tetap saja mandeg perkembangannya.

Dia yang Maha Adil senantiasa mengirimkan utusannya. Dia akan berbicara melalui para utusan untuk memandu perjalanan kehidupan. Jika pun tidak mau menerima kedatangan utusan yang baru, Dia juga tidak memaksakan. Rambu hutan belantara memerlukan pembaharuan. Era informasi sudah berubah. Zaman para utusan lama belum ada media online sehingga hanya melalui oral dalam penyampaiannya. Sekarang era digital dan media cetak berbeda cara penyampaiannya.

Penolakan terhadap kehadiran pembawa peta yang baru berarti kematian. Jiwa tetap stagnant di tempat. Bukankah dalam kitab suci juga sudah di tuliskan bahwa barang siapa membutakan hatinya di kelak kemudian hari akan lebih dibutakan? Keterbukaan atau ketertutupan hati adalah kekuasaan kita sendiri. Bukan kewenangan orang lain untuk membukakan hati dari sesuatu yang baru. Jika hati tertutup oleh kemauan kita sendiri berarti kita tidak selaras dengan alam. Bukan kah alam sendiri senantiasa berkembang. Berkembang berarti perubahan.

Menutup hati berarti kita tidak hidup selaras dengan alam. Tidak selaras dengan alam berarti kematian. Sang jiwa mulia yang menghuni hati kita. Sebagaimana sifat semesta yang terus berkembang, jiwa yang ada dalam diri setiap insan juga mesti berkembang. Kita adalah pembunuh perkembangan bagi hati/jiwa kita. Dengan kata lain, kita lah pembunuh sang jiwa mulia. Menutup hati terhadap kehadiran ilahiah berarti membekukan jiwa terhadap evolusi peningkatan……