Ya, realitanya begitu. Jika kita sadar bahwa Tuhan bisa mewujud dalam segala bentuk, maka tentu kita memuja bumi sebagai bukti bahwa kita menyembah Tuhan. Tuhan menciptakan tubuh manusia dari ganha bukan berarti sebagaimana bayangan kita saat kita membuat keramik dari ganha liat atau lempung.
Tuhan menciptakan manusia dari tanah bermakna bahwa segala sesuatu yang membuat manusia tumbuh kembang berasal dari bumi. Mari kita simak…
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Adakah sesuatu yang kita makan bukan berasal dari bumi? Minuman yang kita minum berasal dari air yang bersumber dari bumi. Mungkin ada yang berargumentasi, saya minum air hujan. Boleh saja membantah, itu hak Anda. tetapi saat tiada hujan, bagaimana? Yang kita lihat sekarang adalah siklus air, bukan asal air. Air permukaan menguap menjadi awan kemudian turun sebagai hujan ke laut dan ke dalam tanah. Dan seterusnya, semuanya hanya siklus dari air yang sudah ada. Tetapi darimana asal sumber yang mengeluarkan air? Tanah atau bumi tentunya. Banyak ahli telah melakukan penelitian, dan memang air berasal dari tanah.
Tumbuhan yang kita makan tumbuh di atas tanah. Biji menjadi tanaman diolah di dalam tanah. Mungkin ada yang berargumen, saya makan daging dan ikan. Daging dari hewan yang hidup karena makan tumbuhan. Demikian juga ikan hidup karena makan tumbuhan air yang hanya hidup dari bumi juga. Inilah makna bahwa manusia terbuat dari tanah. Semuanya mengalami suatu proses. Bukan sebagaimana kita bayangkan sim-salabim.
Kita sering lupa bahwa sesungguhnya kta belum menyembah Tuhan ketika kita memeluk suatu keyakinan atau kepercayaan. Apalagi banyak orang begitu bangga dengan keyakinan atau kepercayaan yang datang dari luar alias impor. Otak kita yang penuh lumpur selalu menganggap bahwa barang yang datang dari luar alias impor lebih baik dari produz dalam negarei. Ingat sekali lagi: ‘Otak yang penuh lumpur!!!!’ Lumpur berarti MATERI…. Jadi dengan mengagungkan keyakinan atau kepercayaan impor sesungguhnya kita pemuja materi atau bendawi.
Mengapa demikian???
Karena Tuhan bukan hanya dikisahkan atau diceritakan dalam tradisi dari luar atau tradisi impor. Tuhan sudah ada sebelum kita kenal keyakinan atau kepercayaan impor. So, dengan kata lain sesungguhnya kita pemuja materi dari luar. Inilah sebabnya semakin membuat kita jauh dari alam. Kita melupakan asal muasal tubuh kita. Kita penyembah langit bukan penyembah bumi…
Jika kita penyembah bumi berarti kita mengasihi semua makhluk yang hidup di muka bumi. Tanaman serta hewan yang di muka bumi. Jika kita menyayangi hewan yang kita pelihara, mungkinkan kita tega memakan hewan tersebut. Demikian juga Tuhan yang menciptakan makhluk hidup yang berwujud hewan. Mungkinkah Tuhan Sang Pencipta meminta kita manusia untuk mengkomsumsinya?
Jika kita mengatakan itu ada disebutkan dalam tulisan yang dari alam impor, kita mesti melakukan renungan lebih dalam lagi untuk memahami makna sejatinya. Jika kita renungkan lebih dalam, adakah seorang meninggal dunia jika tidak konsumsi daging? Pasti ada yang menjawab, coba yang hidup di kutub, tempat yang tumbuhan tidak hidup. nah kita terjebak dalam membandingkan. Bukan ‘apel to apel’ Tetapi apel dan durian. Kacau kan???!!!
Kembali pada diskusi utama.
Menyembah Tuhan berarti kita menghargai semua ciptaan Nya. Tanpa kita memelihara lingkungan serta mengasihi makhluk hidup, dapat dipastikan suatu ketika kita mengalami penderitaan. Lihat saja hutan yang ditebang sembarangan, banjir bandang bukan? Inilah bukti bahwa kita belum memuja alam atau menyembah Tuhan. Inilah bukti bahwa kita penyembah BUMI. Bukan penyembah langat yang bermakna mengagungkan keyakinan dari alam langit alias keyakinan impor.
Akibatnya???!!!!!
Banyak bencana alam. Banyak akan berkomentar: ‘Bagaimana korelasinya???’
Jelas ada. Saat kita memuja keyakinan impor, kemudian kita menjadi fanatik bahwa kita punya paling baik. Karena hanya benda yang bisa dibandingkan. Dengan anggapan lebih baik sesungguhnya kita sedang jadi pemuja benda. Dalam keadaan demikian, kita memiliki kecenderungan merendahkan yang lain. Dalam berbagai bentuk. Kita lupa bahwa kita semua hidup dalam alam Ilahi. Alam Tuhan. Tuhan ada dalam diri sekaligus di luar diri (tubuh). Dengan kata lain bahwa dalam diri sesama makhluk hidup, khususnya manusia juga ada Dia yang bertahta…….
Saat kita merasa paling baik, kita merendahkan sesama manusia. Baik dalam pikiran maupun ujaran. Pikiran adalah getaran. Ujaran juga getaran… Saat pikiran, ujaran serta perbuatan melepaskan getaran yang tidak selaras dengan alam, rasa kemanusiaan atau kasih, saat itu kita merilis getaran negatif. Alam sangat peka terhadap getaran negatif atau buruk. Dan karena kita menciptakan aksi buruk, maka yang akan memberikan reaksi juga bersifat buruk. Bencana alam pun terjadi…..