Lawan dari perbuatan baik adalah perbuatan buruk. Baik dan buruk adalah hasil dari konsensus atau kesepakatan masyarakat. Sama sekali tidak urusannya dengan Tuhan. Baik dan buruk di setiap negara atau suku berbeda.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Baik dan buruk berkaitan dengan budaya masyarakat setempat. Bisa saja di suatu daerah atau negara suatu perbuatan dianggap tidak baik, sedangkan di tempat lain dianggap biasa. Misal saja korupsi. Kita bisa baca di media layar kaca atau media online bahwa perbuatan korupsi di China bisa dijatuhi hukuman mati. Sementara di negeri kita belum ada yang dihukum mati. Contoh saja Ketua MK. Hanya dijatuhi hukuman seumur hidup. Si koruptor imor sapi dihukum 18 tahun.

Di Thailand prostitusi tidak jadi persoalan, di Surabaya suatu lokalisasi dibubarkan. Dianggap haram. Walaupun perilaku manusia terhadap perilaku seksual disebabkan oleh keruhnya pikiran. Memuja birahi seksualnya. Dan anehnya seringkali si manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya selalu saja mencari kesalahan setan. Kembali yang disalahkan si pihak wanita yang dianggap menggoda. Padahal mereka melakukan hal tersebut karena memang kebutuhannya.

Perbuatan mulia tidak ada lawan katanya. Paling banter kita menyatakan bahwa lawan kata mulia adalah tidak mulia. Dengan kata lain sesungguhnya hanya penyangkalan saja.

Seseorang yang bisa terbebaskan dari kebingungan alam dualitas atau baik buruk bisa melakukan perbuatan mulia. Ia bebas dari dunia maya atau dunia bentukan manusia. Saat itu, ia mencapai kebahagiaan abadi.

Penyebab penderitaan kita adalah terciptanya kebingungan akan dunia materi dan non materi. Dunia baik dan buruk. Padahal baik dan buruk juga terjadi karena terganggunya kepentingan kelompok. Misal di suatu negara ada daerah yang memuja patung karena itu memang tradisi dari leluhur. Sementara itu ada kelompok lain yang menganggap bahwa memuja patung dianggap menuhankan benda mati.

Walaupun sesungguhnya mereka yang menganggap yang dipujanya juga dalam kebingungan. Katanya menyembah Tuhan yang tidak berwujud. Namun ketika seseorang membuat suatu gambar yang dianggap menghina kepercayaannya, kelompok ini marah. Dengan kata lain sesungguhnya kelompok yang katanya menyembah Tuhan yang tidak tampak pun pemuja benda yang tampak oleh mata. Jika ia benar percaya bahwa yang disembahnya adalah yang tidak tampak, ia tidak akan peduli ketika kelompok lain membuat gambar yang menurut anggapannya menghina. Kelompok ini pemuja yang tampak juga sesungguhnya.

Bisa terjadi juga di negara yang katanya beragama. Mereka yang melakukan tindakan korupsi bisa tetap dibela oleh kelompok yang sama kepercayaannya. Kebalikannya, ada seseorang yang melakukan perbuatan yang menentang korupsi, tetapi karena dari kelompok beda kepercayannya dianggap tidak layak jadi pemimpin. Ini jelas bertentangan dengan perbuatan mulia…

Seseorang bisa melakukan perbuatan mulia jika dan jika ia tidak lagi terpengaruh oleh hipnosis massal. Hipnosis massal tercipta ketika seseorang bertingkah laku karena pengaruh lingkungan. Ia hanya budak lingkungan. Ia bukan pengabdi Tuhan. Penyembah Tuhan akan meletakkan segala perbuatannya demi melayani sesama ciptaannya. Ia sadar bahwa Tuhan bersemayam dalam setiap insan ciptaannya. Ia tidak bisa lagi membedakan golongan atau kelompok hanya didasarkan pada tampilan luar atau atribut. Ia melihat bahwa di balik wujud kasar manusia ada energi kehidupan atau prana yang sama yang juga mengaliri tubuhnya. Dan di atas segalanya memiliki sumber yang satu dan sama. Sang Sumber Agung.

Mereka yang bisa melakukan tindakan mulia telah bertatap muka dengan Sang Maha Mulia itu sendiri. Ia melampaui baik dan buruk…

Tags: