Perbudakan tanpa disadari
Jangan kaget bila saya sebutkan bahwa kita semua korban perbudakan. Ya, kita semua mengalami kehilangan kebebasan tanpa disadari. Perbudakan berarti kita di bawah kendali orang lain. Dalam banyak hal. Untuk berpakaian saja, kita harus minta persetujuan orang lain. Kita bisa terseret mengikuti trend. Kita membeli gadget hanya karena sedang menjadi perbincangan. Bukan karena kebutuhan.
Kita bisa diperbudak untuk sekian lama hingga kita melupakan nilai kebebasan; hingga kita mulai menerima perbudakan kita. Ini adalah hal terburuk yang bisa terjadi pada seorang anak manusia. (This is Truth That too is Truth by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com)
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Nyatakan kebebasan Anda dan jadilah bebas! Bebas dari segala kelemahan, bebas dari segala kebodohan, bebas dari segala macam sandaran dan keterikatan yang mengikat Anda pada bumi. Terbanglah, terbang tinggi dan lebih tinggi dan lebih tinggi, sebab langit pun tidak dapat membatasi Anda.
Ya, perbudakan bisa terjadi karena kelemahan kita. Kita masih begitu terpaku pada penilaian orang lain. Kita masih melihat segala sesuatu dari tampilan luar. Bila orang lain mengagumi suatu barang, kita kemudian berupaya memiliki barang tersebut, walaupun sesungguhnya kita tidak butuh. Dengan kata lain, kita bergantung pada sesuatu standar penilaian yang selalu berubah. Bersifat sementara.
Abadi
Sementara berarti tidak abadi. Bila disebutkan tidak abadi berarti selalu berubah. Inilah sifat dunia yang selalu berubah. Dengan kata lain, kita belum bergantung pada satu kekuatan yang bersifat abadi. Abadi berarti tiada awal tiada akhir. Dan sifat abadi ini sesungguhnya ada pada diri manusia. Kita melupakan bahwa dalam diri kita ada kekuatan yang dahsyat. Rasa syukur…
Ketika kita bisa bersyukur, kita berada dalam kekinian. Rasa marah, kecewa, jengkel terjadi ketika kita mengenang kejadian masa lalu. Dengan kata lain, kita belum bisa move on. Pikiran kita masih pada peristiwa yang sudah berlalu.
Ketika kita merasa was-was, cemas, dan khawatir tentu pada sesuatu kejadian yang akan datang. Kita sendiri yang menciptakan keadaan akan datang. Pikiran kita pada keadaan mendatang. Inilah dunia ilusi ciptaan kita sendiri…
Bila kita terikat pada masa lalu dan juga masa datang, kita tidak memiliki kekuatan untuk berpikir secara bebas. Kita tidak bisa terbang bebas. Bebas dari penilaian orang lain. Ini terjadi bila kita belum memahami bahwa yang abadi adalah kekinian. Rasa syukur adalah kekuatan abadi. Saat kita bersyukur pada setiap keadaan, kita bersikap positip. Menerima baik dan buruk sebagai keadaan yang saling melengkapi. Kita mengetahui baik setelah mengalami hal yang buruk. Kita bisa merasakan nikmatnya sehat ketika kita sedang sakit.