Ketika seorang teman menulis artikel yang berjudul Percakapan imajiner dengan Tuhan, aku langsung bingung. Mengapa mesti menyembunyikan bahwa itu sesungguhnya adalah percakapan dia sendiri dengan Tuhan. Kata imajiner menunjukkan sesuatu yang tidak nyata.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Jika saya katakan percakapan imajiner antara aku dan si Fulan, dan itu tidak nyata, pernyataan ini benar. Banyak kemungkinan untuk membuktikannya. Orang akan bertanya pada si Fulan, benarkah percakapan kemarin si hento dengan kamu Fulan? Dan karena tidak benar, si Fulan akan menyangkal. Itu hanya imajinasinya si hento saja.

Tetapi ketika saya berkata bahwa ini adalah percakapan saya dengan Tuhan, sanggupkah satu pun diantara anda bertanya pada Tuhan bahwa sesungguhnya tidak ada percakapan diriku dengan Tuhan? Saya berani taruhan dengan nilai tertinggi dalam hidup ku bahwa tiada seorangpun mampu menyangkal bahwa telah terjadi percakapan sesungguhnya antara saya dengan Tuhan. Demikian pula sebaliknya, saat anda mengklaim telah terjadi percakapan antara anda dengan Tuhan, saya pun tidak bakalan sanggup minta konfirmasi pada Tuhan bahwa yang anda lakukan adalah imajiner atau tidak. Itu hak anda… Hanya tergantung kualitas pembicaraan..

Jika hasil pembicaraan yang diuraikan memberikan manfaat bagi orang banyak, betul adanya bahwa itu adalah pembicaraan atau percakapan anda dengan Tuhan. Namun jika hasil pembicaraan hanya untuk kepentingan diri, kelompok ataupun golongan sendiri, dijamin itu pembicaraan palsu. Mengapa?

Sangat mudah jawabnya. Tuhan tidak bakal berbicara yang hanya berkaitan dengan kepentingan yang sangat sempit. Tentu kualitas pembicaraan mengarah pada yang bermanfaat bagi orang banyak. Mengapa? Karena Tuhan bersifat rahman dan rahim. Inilah sifat alam yang senantiasa berbagi untuk kepentingan orang banyak. Bagaikan matahari,bulan, bumi, udara, dan air yang senantiasa memberikan kehidupan bagi seluruh umat serta makhluk di bumi serta semesta.

Selain itu, bukankah Tuhan juga tidak dari setiap inssan? Jelas disebutkan di dalam salah satu kitab suci bahwa Tuhan berada lebih dekat dari urat lehermu. Artinya tiada keterpisahan antara Tuhan dan diri manusia. Masih ada lain ayat lagi menyatakan bahwa wajah Allah di barat dan di timur serta dimana-mana. Kemanapun anda melihat, itulah wajah Tuhan. Wajah Tuhan berarti segala sesuatu yang menggambarkan sifat Dia. Rahman dan rahim. Jika ayat inipun tidak bisa dilakoni dan dihayati, bagaimana mungkin seseorang menyatakan diri sebagai makhluknya? Inipun tidak bakal ada yang bisa menyangkal. Karena Dia sendiri juga tidak pernah menyatakan bahwa kita semua adalah makhluk Nya. Kita saja yang GE-ER…

Jika ada yang bertanya, lantas mana percakapan antara si hento dengan Tuhan?

Bukan kewajiban saya untuk menjawab. Tanya saja pada diri sendiri, mengertikah saya isi tulisan di atas? Jika tidak, memang tulisan ini bukan untuk anda baca. Dan anda sudah membuang waktu membaca tulisan yang bukan diperuntukkan untuk anda.

Terima kasih sudah mampir…… ha…………ha……………..

Semoga semua makhluk berbahagia dan ceria…… Bagaikan kicauan burung serta suara gemeriknya air serta desau angin yang membawa pesan Ilahi…..