Kembangkan percaya diri – kepercayaan pada kemuliaan Jiwa sebagai percikan Sang Jiwa Agung – dan jauhilah mereka yang tidak percaya.
( Dvipantara Dharma Sastra by Anand Krishna, Centre for Vedic and Dharmic Studies )
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Selama ini banyak orang berteriak, bahkan saya sendiri, menyatakan bahwa sudah percaya diri. Pada hal, kita sendiri masih bingung tentang pengetahuan diri. Diri yang mana? Selama ini kita menganggap bahwa diri atau self sebatas tubuh atau badan yang beridentitaskan KTP. Diri yang sesungguhnya palsu. Diri yang dibentuk atau diidentifikasikan oleh orang lain atau lingkungan. Diri yang dibentuk oleh dunia maya. Ini yang disebut sebagai diri palsu…
Bagaimana mungkin diri yang dibentuk oleh dunia maya bisa abadi? Yang menyatakan saja tidak abadi…..
Lantas bagaimana bisa kita dengan pongah dan sombong berkata bahwa kita percaya diri? Diri saja belum kenal…
Bahkan para motivator yang terkenal pun belum semuanya memahami tentang diri nya sendiri, tetapi mereka bisa berapi-api memberikan motivasi pada para pesertanya harus percaya diri. Ya, pantas saja sedikit sekali yang bisa menggapai kesuksesan total. Sukses yang total berarti tidak lagi bergantung pada orang lain. Bukan hanya sukses materi, tetapi sukses kesadarannya juga. Sadar akan jati diri. Memang pemahaman ini tidak umum. Suatu pemahaman yang berbeda dengan pemahaman umum.
Percaya diri bisa dikatakan hanya oleh segelintir orang yang telah memahami makna diri sejati. Diri sejati adalah Sang Jiwa, percikan Sang Jiwa Agung. Dengan meyakini bahwa diri adalah percikan Sang Jiwa Agung, maka seseorang bisa dikatakan hidup abadi dan tidak lagi tergoyahkan oleh gelombang kata. Kata si Fulan kamu begini. Sebentar lagi datang kata si Polan begono. Karena seseorang telah menggapai Diri yang sejati, maka semua ‘kata’ yang tentu saja dikaitkan dengan tubuh atau badan yang diidentitaskan dalam KTP tidak bakal tergoyahkan.
Mungkin banyak orang menyanggah akan hal ini. Ini hidup di dunia bro!!! Bukan diri ‘itu’ yang dimaksudkan. Diri sebagaimana disebutkan dalam KTP. Benarkah???
Saat orang belum memahami jati diri sesungguhnya, yakinlah bahwa orang tersebut bakalan bisa diombang-ambingkan oleh gejolak emosi. Tiada seorang pun yang mengatakan percaya diri bisa bertahan dihantam gelombang masalah dunia. Dan pada umumnya, mereka tidak mengalami kebahagiaan sejati. Karena mereka bersandarkan pada kebahagiaan alam benda yang tidak abadi. Bagaimana mungkin bisa bahagia?
Mereka yang percaya diri yang sejati tidak bakalan bisa digoyang oleh badai. Sandaran mereka jelas, Diri adalah percikan Sang Jiwa Agung. Mereka telah menggapai kebahagiaan sejati. Para suci dan avatar adalah golongan yang PERCAYA DIRI. Oleh karenanya, mereka tidak goyah disalib, tidak goyah dibatui, serta tidak bergeming ketika dicaci maki.
Beda dengan mereka yang masih pada kesadaran lapis pertama. Kesadaran tubuh. Sedikit saja dipuji atau dicaci bisa bergejolak emosinya, naik saat dipuji dan turun saat dicaci. Mereka masih mengandalkan pada kesadaran palsu.
Petiklah hikmah pelajaran yang diberikan leh para nabi, gapailah kesadaran diri sebagai Jiwa, percikan Sang Jiwa Agung.
Hanya di dunia atau di bumi inilah kita bisa manggapai kesadaran diri sebagai percikan Sang Jiwa Agung. Kesempatan hidup saat ini adalah peuang emas untuk menggapai kesadaran diri sebagai percikan Sang Jiwa Mulia. Raihlah kemuliaan diri. Saat itu tercapai, kebahagiaan abadi pun terjadi. Segala hal yang berkaitan dengan bendawi tidak menggoyahkan rasa percaya DIRI nya.
Jangan berharap saat setelah kematian kita bertemu Tuhan. Hanya saat hidup, manusia bisa bertatap muka dengan Tuhan. Jika saat hidup kita hanya berkutat dengan benda duniawi, kita akan hidup merugi. Dan mati dengan pikiran dipenuhi oleh benda dunia. Kelahiran kembali tidak terelakkan.
Inilah hukum alam……
Hanya saat hidup berbadan kita bisa melampaui dua litas…….
Sungguh berharga hidup ini….
Sungguh berkah dikarunia kesehatan sehingga bisa menjalani kehidupan menuju ke abadian…..
Saat pikiran hanya terisi dan terikat oleh kenyamanan panca indra, diri dalam keadaan tak berdaya alias tewas….
Isilah pikiran, ucapan dan perbuatan semata untuk memuliakan Sang Jiwa. Karena sang Jiwa berasal dari sesuatu yang mulia, maka tentunya segala pikiran, ucapan dan perbuatan berlandaskan kemuliaan atau DHARMA…….