Suatu ketika gelombang lautan menerpa daratan. Percikan air laut pun terjadi. Percikan air laut mengembara masuk ke dalam tanah. Percikan air laut sudah tercemar dan berganti nama. Ia tidak dikenal lagi sebagai bagian dari air laut. Kendati demikian, unsur air laut masih ada dalam dirinya.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Banyak manusia menggunakan air tanah. Dan percikan air laut yang sudah berganti nama menjadi air tanah diambil oleh manusia untuk konsumsi sehari-hari. Air tanah pun diminum dan juga digunakan untuk menyiram tanaman dan membersihkan halaman dan sebagainya.

Semakin digunakan oleh manusia, jati diri sebagai percikan air laut pun semakin menipis. Banyak kandungan kotoran atau pun campuran lainnya yang semakin menipiskan atau mengaburkan jati diri sang percikan.

Banyak identitas yang diberikan pada diri sang percikan air laut. Bisa diberi nama sebagai air mineral. Bisa diberi nama air teh atau pun bisa diberi nama coca cola. Semakin sering digunakan semakin mengaburkan diri sebagai air laut. Ia pun semakin lupa jati diri sebagai air laut.

Namun karena ia berasal dari lautan yang luas, ada kerinduan dalam dirinya untuk kembali ke asalnya. Kembali ke induknya. Oleh proses alam, manusia membuang air kotoran ke selokan. Dari selokan ke kali. Sang percikan air laut mengalami berbagai proses dan perjalanan menuju ke laut. Dan pada akhirnya, percikan air laut kembali menyatu ke laut yang luas.

Seperti itulah gambaran jiwa individu dalam setiap diri manusia.

Percikan Sang Jiwa Agung masuk ke dalam diri manusia. Dalam proses perjalanan, banyak identitas disematkan dalam percikan Sang Jiwa Agung. Pikiran dan perasaan serta emosi adalah kotoran yang semakin mengaburkan jati diri percikan Sang Jiwa Agung.

Proses pemurnian pun berjalan. Adalah proses alam bahwa percikan Sang Jiwa Agung kembali sadar akan jati dirinya. Sesungguhnyalah tiada satu pun jiwa individu yang tidak mengalami evolusi menuju ke Sang Sumber Agung.

Bagaikan percikan air laut yang sudah menjadi air kali kembali ke laut. Dan akhirnya menyatu dengan laut yang luas. Jiwa individu manusia pun akan kembali ke Sang Sumber Agung.

Semua masalah proses waktu.

Mau cepat atau lambat semua jiwa individu manusia kembali ke Sang Sumber Agung. Yang membedakan adalah, saat seseorang bisa menyadari bahwa pertemuan dengan seorang guru sebagai suatu lompatan besar atau quantum leap. Mengapa demikian???

Keberadaan sang guru merupakan cerminan atau gambaran jiwa individu di masa akan datang. Kehadiran seorang guru bukan sosok yang berbeda dari dirinya.

Ibaratnya, kita sedang sekolah di suatu perguruan tinggi sebagai mahasiswa. Kita melihat dosen kita adalah gambaran kita jika lulus di masa depan. Menyandang gelar S1, S2 dan mungkin S3. So, salahkah kita mengidolakan pintar dan memiliki pandangan luas seperti dosen???

Tiru dan ikuti petuah dosen. Karena seorang dosen atau guru telah memiliki pengalaman. Ini lho cara agar kamu bisa menggapai tingkat yang sudah saya capai. Jadi kehadiran seorang dosen sebagai pemicu bahwa setiap orang bisa menggapai tingkat sebagaimana yang dicapai oleh sang dosen.

Mungkin ada yang membantah, kita bisa tanpa dosen. Memang dalam alam ini ada pengecualian. Tetapi, bukankah pengecualian ini hanya terjadi pada segelintir orang khusus??? Tergantung kita. Benarkah kita yang termasuk dari yang khusus atau pengecualian???

Atau sekedar kesombongan diri…. Yang MERASA BISA bukan BISA MERASA…..

Ego adalah penghalang utama pertemuan antara jiwa individu yang tercemar oleh kotoran dunia dan lupa bahwa dirinya adalah percikan air laut. Bukan air sungai…..