Membaca berita tentang seorang teman yang sekarang berurusan dengan aparat keamanan di Sumatera Barat, saya menjadi begitu heran. Dalam status FB nya dia menyatakan tidak ada Tuhan. Bagi saya ada atau tidak ada Tuhan mengapa mesti di publikasikan?

Inilah bentuk ego baru. Dia ingin di akui realisasi dirinya. Bukan kah Tuhan juga tidak bisa dibuktikan secara fisik? Semuanya dibuktikan dalam ucapan, pikiran dan perbuatan. Memproklamirkan diri sebagai penganut ateis tidak membuktikan apa-apa selain arogansi baru. Dan ini adalah suatu peninggian diri. Sama sekali tidak menguntungkan. Bahkan merugikan dirinya sendiri.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Pikiran, ucapan dan perbuatan yang menghinakan orang lain, baik kepercayaan maupun keyakinan tidak membuktikan apa-apa selain semakin menaikkan ego. Ia telah lupa tujuan kelahiran. Para suci dan para nabi juga tidak mengajarkan hal yang demikian. Lantas siapa yang ia perturutkan? Ke-akuan dalam dirinya. Ia begitu bangga atas pendapatnya. Suatu bentuk pemberhalaan diri baru. Penafikan diri untuk memunculkan keilahian diri tidak butuh arogansi dengan menyatakan diri ateis.

Teis atau ateis adalah urusan pribadi. Apresiasi terhadap orang lain sangat dibutuhkan. Penghinaan terhadap kepercayaan orang lain tidak lah membuktikan apa-apa selain pemberhalaan diri. Segala yang di alam adalah satu kesatuan yang dihubungkan oleh energi ilahiah. Satu dan yang lain saling bergantungan. Tiada perlunya merendahkan orang lain. Dalam berbagai kitab suci yang telah disebarkan oleh para suci dan nabi menyatakan:

Barang siapa merendahkan diri akan ditinggikan di kelak kemudian hari “

Dengan kata lain penghilangan ego dan melayani sesama serta semesta akan menjadikan diri makhluk utama di alam jagat raya. Dengan menyebutkan diri ateis akan menjadikan diri rendah di hadapan semesta. Bahkan banyak urusan yang akan dihadapi, baik di alam nyata maupun di alam tidak nyata. Di alam nyata, ia akan berhadapan dengan hukum dunia. Di alam tidak nyata, ego semakin tinggi. Ia sudah melenceng dari tujuan kelahiran. Membebaskan diri dari keterikatan. Justru yang terjadi adlah keterikatan semakin kuat terhadap dunia.

Selaraskan diri dengan alam sebagai pelayan semesta raya…..

Tiada seorang pun bisa hidup di luar Zat Yang Mahahidup…..

Mengapa masih ingkar????

Hanya ingin cari sensasi bahwa berbeda dengan yang lain? Mungkinkah cahaya matahari ada tanpa kehadiran matahari? Bukankah manusia bagaikan cahaya matahari dari matahari/Tuhan?

Mungkinkah cahaya matahari kenal dengan matahari?

Semua hanya ilusi pikirannya sendiri. Seakan bisa berkata: “Aku tidak percaya……” Mungkinkah tanpa obyek kalimat ini lengkap dan dapat difahami? Pasti tidak…

Maka titik-titik harus di isi….

Jika isinya :’Tuhan’, artinya ada Tuhan dulu baru bisa dinafikan…