Benarkah ada yang disebut persahabatan?
banyak orang akan menjawab dengan lantang: ‘Ada. Buktinya aku dengan seorang sahabat. Kami telah bertahun-tahun bersahabat dalam suka dan duka…’
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Kita tidak sadar bahwa sesungguhnya:
‘Apa yang kita sebut persahabatan pun sesungguhnya bukan keselarasan kita dengan sahabat, tetapi karena kita ingin saling menghisap energi.
Itulah sebabnya persahabatan bisa berubah menjadi permusuhan. Sahabat sedekat apa pun bisa berubah menjadi menjadi musuh bebuyutan. Sinetron, film layar lebar, novel, cerpen, bahkan hidup kita penuh dengan cerita-cerita semacam itu.‘
( NeoSpiritual Hypnotherapy by Anand Krishna)
Mengapa kita bersahabat? Karena kita butuh seseorang untuk berbagi. Kita masih membutuhkan sesuatu dari luar diri untuk mengurangi beban yang kita derita. Apa yang kita lakukan terhadap seorang sahabat? Berbagi kesedihan, berbagi kesedihan, bahkan sering kita bertengkar karena pendapat kita tidak disetujui. Bisakah kita menerima seutuhnya seorang sahabat ketika ia tidak setuju?
Boleh ada yang berkata: ‘ Ketika saya senang atau bahagia, saya juga berbagi kesenangan terhadap sahabat saya.’ Benarkah demikian? Mungkin kita senang, tetapi tahukah kita bahwa sahabat kita bisa bahagia juga?
Selama kita masih belum memahami makna kebahagiaan sejati, kita masih masuk kategori penghisap energi. Kita hanya bisa berbagi energi negatif. Energi kecemasan dan energi ketakutan. Bahkan mungkin energi kemarahan. Semua energi negatif yang muncul karena kita belum mampu meningkatkan energi sendiri.
Seseorang yang memiliki energi lebih tidak akan butuh sahabat. Ia tidak lagi bergantung pada orang lain. Ia sadar bahwa kebahagiaan ada dalam dirinya sendiri. Ia sadar bahwa kebergantungan diri terhadap sesuatu yang tidak abadi juga sekaligus menciptakan kepedihan ketika benda yang bersifat tidak abadi hilang. Kita bahagia atau senang memperoleh sesuatu, namun kita juga harus sadar bahwa sesuatu tersebut juga berpeluang hilang. Saat benda tersebut hilang, saat itu juga terjadi kesedihan.
Demikian pula sahabat. Seorang sahabat adalah benda yang kapan saja bisa lenyap. Lantas apa yang tidak lenyap?
Jati diri sejati yang ada dalam diri tidak akan lenyap. Ia lah sahabat sejati yang tidak sedikit pun berpeluang untuk hilang. kapan saja kita membutuhkan, kita bisa menemuinya. Caranya?
Sangat sederhana. Pejamkan mata, dan berdialoglah dengan Dia yang ada dalam diri. Dia akan senantiasa memberikan solusi atas segala permasalahan.
Ahhh… mustahil!!!
Tetapi coba kita renungkan sekali lagi.
Benarkah kita bersahabat? Atau kita hanya butuh perhatiannya saat kita sedih? Saat itu kita butuh energinya untuk menguatkan diri saat energi kita defisit. Kita vampire energi.
Bagaimana saat senang? Mungkinkah kita senang terus? Tidak lama kawan. Di dunia ini kepedihan atau penderitaan lebih banyak. Selama kesadaran kita masih pada benda yang tidak abadi, selama itu pula kesedihan akan adanya kehilangan pasti terjadi. Dan kita selalu akan menjadi vampire atau penghisap energi yang kita sebut ‘sahabat’.