Ada suatu cerita menarik dari pulau Samoa. Pulau Samoa terletak di wilayah kutub utara. Suatu pulau kecil bertetangga dengan New Zealand, Selandia Baru.
Di pulau kecil ini ada tradisi menarik. Pelarangan penebangan pohon sangat ketat. Yang boleh ditebang adalah pohon-pohon besar. Itupun harus dengan alasan yang sangat kuat. Suatu hal yang aneh adalah bahwa untuk menebang atau merobuhkan pohon tidak boleh menggunakan benda tajam.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Kemudian dengan apa?
Masyarakat setempat menggunakan suara untuk menenbang atau merobohkan pohon. Koq bisa? memang ada orang tertentu bisa melakukan hal ini. Menurut kita mustahil, tetapi realitanya seperti itu yang terjadi di pulau Samoa. Walaupun tidak semua orang bisa. Mereka sangat memahami bahwa sesungguhnya pohon memiliki prana. Dengan suara, akhirnya prana atau daya hidup pada pohon padam.
Mereka melakukan teriakan pada pohon dengan suara tertentu. Kita percaya bahwa suara tertentu memiliki vibrasi atau frekuensi getaran tertentu. Sebagai contoh, OM adalah suara awal yang diyakini oleh budaya India memiliki getaran yang bisa menghubungkan dengan Sang Maha Hidup. OM adalah getaran matahari. Matahari bervibrasi dan suaranya mirip dengan OM.
Kembali pada budaya di pulau Samoa. Mereka sangat mengasihi pohon sehingga mereka tidak tega untuk menyakiti dengan merusak menggunakan benda tajam. Sejumlah orang mengelilingi pohon yang sudah tua dan berdiameter besar yang akan dirobohkan. Setelah itu mereka menyuarakan bunyi tertentu selama 30 hari berturut-turut. Setiap hari meneriakkan suara yang sama. Mungkin teriakan itu bermakna bahwa keberadaan pohon tersebut tidak lagi diinginkan kehadirannya di lingkungan tersebut.
Ajaibnya, setelah kurang lebih 30 hari, setiap hari diteriaki, akhirnya pohon tersebut roboh dengan sendirinya. Ini suatu bukti bahwa pohon pun sesungguhnya memiliki perasaan. Banyak sudah di era modern ini penelitian yang membuktikan bahwa pohon memahami perasaan manusia. Ada suatu alat yang bisa mengukur getaran pohon.
Penduduk di pulau Samoa bisa berinteraksi dengan alam sekitar, mereka melakukan secara naluri. Luar biasa. Mungkin banyak yang tidak percaya, terutama masyarakat era modern. Mengapa hal ini bisa terjadi.
Sangat sederhana. Masyarakat saat ini sangat melihat bahwa materi adalah segalanya. Kita selalu saja melihat keluar diri. Saat keberhasilan materi terjadi, kita anggap sukses. Masyarakat era materialistik mencari kesempurnaan di luar diri. Kita lupa bahwa kesempurnaan di luar diri adalah kesempurnaan palsu. Kita bergantung pada suatu yang tidak abadi. Ini bukan kesempurnaan.
Kesempurnaan adalah kebahagiaan sejati. Mereka yang sadar bahwa sesuangguhnya kita semua terhubung oleh suatu Maha Prana, akan sadar bahwa kesempurnaan atau kebahagiaan sejati ada dalam diri. Yang dibutuhkan hanya menyadari bahwa kesemournaan atau kebahagiaan sejati ada dalam diri. Pencahariaan di luar membuat orang terbawa arus kesengsaraan. Dan penderitaan pun  dialami.
Inilah bukti bahwa pohon juga memiliki perasaan. Lihat ini.
Masyarakat tradisional Samoa yang kita anggap kuno tidak modern sesungguhnya jauh lebih maju daripada kita yang menganggap bahwa kita bisa ini dan itu. Semua hanya tampak atau anggapan. Saat manusia tidak selaras dengan alam dan harus menggunakan alat untuk meneliti getaran pada pohon, masyarakat yang hidup selaras dengan alam, tidak membutuhkan alat untuk berkomunikasi dengan alam. Dan mereka hidup dengan aman serta damai.