Puncak Kekuatan dan Kesaktian

Puncak Kekuatan dan Kesaktian, sebagaimana dijelaskan oleh Krishna, adalah ‘bebas dari nafsu dan keinginan’. Selanjutnya , supaya tidak terjadi kesalahpahaman, Krishna juga menegaskan bahwa hawa nafsu dan gairah birahi, yang selaras dengan dharma masing-masing makhluk adalah puncak pengalaman seksual di mana kehadiran Nya dapat dirasakan. (Bhagavad Gita by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com)

Selama masih mengejar agar dapat memiliki kesaktian dan kekuatan paling hebat, semakin membuktikan kelemahannya. Kesaktian dan kekuatan untuk mengalahkan orang lain merupakan kelemahan paling besar. Kita belum bisa mengakui bahwa Tuhan eksis dalam diri setiap makhluk. Kita semua disatukan dalam satu kesatuan Sang Maha Jiwa.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Keinginan berasal dari mind, pikiran serta perasaan. Dengan kata lain, mengejar kekuatan dan kesaktian sehingga dapat mengungguli orang lain membuktikan bahwa kita masih dikuasai mind.  Inilah kondisi keadaan dalam kesadaran rendah.

Kesadaran Rendah

Dalam buku Bhagavad Gita by Svami Anand Krishna, disebutkan sebagai berikut:

‘Ketika kesadaran rendah (yang disebabkan karena identifikasi dengan badan, indra, dan gugusan pikiran serta perasaan) telah tertaklukkan oleh Jiwa, maka ia menjadi schabat bagi dirinya sendiri. Sebaliknya, jika kesadaran rendah tidak tertaklukkan, maka ia menjadi musuh bagi diri sendiri.’

Kondisioning kita selama ini, sejak lahir sampai sekarang, kita hidup dalam kesadaran tubuh. Identifikasi dengan KTP dan SIM  adalah bukti nyata bahwa kita berada dalam kesadaran tubuh/badan. Orang dikenal berdasarkan kepintaran dalam berdebat, karena jabatan, karena kekayaan, jabatan, dan lainnya. Semuanya masih dalam ranah kesadaran rendah sebagaimana disebutkan di atas.

Kondisioning ini sangat melekat dalam pikiran kita. Oleh karena tidak mengherankan bila ada seseorang yang mengenalkan kesadaran yang sifatnya mulia atau tinggi terjadi penolakan dalam dirinya. Dianggapnya pemahaman sesat, karena tidak dikenal. Suatu yang using tidak membuatnya tidak nyaman, langsung diberikan stempel ‘Sesat’. Bagaikan seorang berdiri dalam ruangan yang gelap, tali dianggap ular.

Menyerap kekuatan alam

Banyak orang tidak sadar bahwa dalam dirinyalah Dia bersemayam. Dalam ketidaksadarannya, mereka merasa butuh untuk mengambil kekuatan dari alam sekitarnya. Yang menggelikan, ketika seseorang melihat bintang terang, kemudian ia ingin mengambil kekuatan bintang.

Dalam ketidaksadaran kita, kita lupa bahwa ketika kita ingin mengambil sesuatu, berarti kita tidak punya. Merasa tidak punya identik bahwa kita dalam keadaan miskin atau minus. Dengan kata lain, bahwa ketika kita tidak punya berarti lemah atau kita berada dalam posisi kesadaran rendah sebagaimana disebutkan dalam sloka Bhagavad Gita di atas.

Dalam kondisi kesadaran rendah, kita menjadi manusia tidak berdaya. Kita lupa bahwa semua masalah berasal dari ulah kita sendiri. Akibatnya, ketika kita menuai hasil dari sebab, kita mengeluh dan mencari sandaran di luar diri. Kita lupa bahwa dalam diri kita lah, Dia Sang Mahadaya bersemayam. Dengan selalu menghubungkan diri dengan Dia, kita berupaya memberdaya diri.