Rahasia Kematian Dan Keabadian Memiliki Keterkaitan Erat dengan Hukum Fisika Yang Senantiasa Berubah, Hanya Sang Jiwa Yang Abadi
Rahasia Kematian dan Keabadian berkaitan dengan pemahaman tentang kematian atau ketidaklanggengan materi serta keabadian Jiwa. Tidak ada yang namanya materi abadi, karena segala materi memiliki hukum abadi, yaitu perubahan.
Selama masih ada kecurigaan dan rasa irihati dalam diri manusia, damat dipastikan dunia ini tidak akan bakalan damai. Hanya bila dan bila seorang manusia bisa damai dengan dirinya sendiri, maka dunia akan damai dengan sendirinya. Kedamaian tidak bergantung pada sesuatu di luar diri.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Selama kita mengharapkan orang lain jadi damai, maka selama itu pula tidak akan terwujud kedamaian di sekitar kita. Karena kita begitu sibuk mengurusi orang lian agar jadi damai sehingga kita lupa bahwa diri kita sendiri belum menjadi sosok yang damai. Bukanhal yang aneh.
Ketika kita sibuk mengurusi penyakit kita sendiri, kemarahan, keserakahan, irihati, dan kesombongan , merasa paling baik dan benar, maka dipastikan dunia akan damai dengan sendirinya. Hal seperti ini timbul dari suatu kesadaran bahwa ternyata kita lahir di dunia ini dengan membawa kotoran di masa lalu.
Adanya kesadaran bahwa diri kita penuh penyakit, maka timbul upaya untuk sembuh. Tidak setiap orang sadar bahwa kita lahir karena penyakit pada kehidupan masa lalu. Banyak orang menafikkan bahwa kita pernah hidup di masa lalu. Dan kita lahir karena penyakit tersebut memang hanya bisa dibersihkan saat berbadan.
Tidak dipungkiri bahwa adanya kesadaran merupakan kelangkaan, bahkan bisa saya sebutkan sebagai berkah terbesar bila kita bisa sadar akan hal ini. Bagaimana kita bisa mewujudkan kedamaian?
Ya, kedamaian hanya bisa terwujud bila setiap orang memahami Rahasia Kematian dan Keabadian.
Dari buku Pustaka Suci Hindu atau buku Dvipantara Dharmą Sastra by Anand Krishna :
‘(Rahasia) Kematian dan Keabadian – dua-duanya terdapat di dalam diri manusia. Kebodohan atau ketidaksadaran (akan kehadiran Jiwa) menyebabkan Kematian. Kebenaran atau Kesadaran (akan kemuliaan Jiwa) adalah Keabadian’
Kematian atau ketidaksadaran bahwa segala benda materi bersifat tidak abadi yang membuat diri kita mengalami kematian tubuh. Pada saat kita hanya memburu materi demi memenuhi nafsu indra kita, kita menjadi budak duniawi. Perlu juga diketahui bahwa kita berada pada kepintaran intelektual yang hanya melandasi segala pikiran dan perbuatan kita semata untuk memuaskan kenyamanan badaniah. Apa bedanya dengan hewan bika demikian?
Mari kita renungkan; hewan mencari kenyamanan tubuh/fisik, hubungan seksualitas, makan serta tidur. Bukan kah bila kita masih saja memburu segala hal ini, kita masih berada pada ranah otak limbik? Otak atau perangkat lunak ini hanya dmiliki oleh hewan mamalia, atau lagi otak reptil yang juga dimiliki hewan melata.
Satu kelebihan yang hanya dimiliki oleh manusia adalah adanya otak NEOCORTEX. Perangkat lunak ini sangat jarang digunakan oleh manusia. Mereka yang sadar adanya anugerah ini akan berupaya mengembangkan Buddhi atau intelegensi. Penggunaan pikiran yang kritis, dalam arti senantiasa menimbang ketika akan berbuat. Segala pikiran atau tindakannya dipastikan dilandasi pertimbangan : “Jangan berpikir serta bertindak sebagaimana dirimu sendiri tidak mau diperlakukan” Inilah hukum alam yang abadi agar dunia menjadi damai dan bahagia bagi seluruh makhluk.
Pola pikir seperti ini hanya bisa terjadi bila dan bila kita menyadari bahwa tubuh fisik tidak abadi, dan yang abadi hanyalah Jiwa sebagai kekuatan penggerak manusia untuk berpikir, berucap, serta bertindak. Tanpa adanya percikan Jiwa indvidu dari Sang Maha Jiwa, kita semua tidak berdaya. Sang Jiwa inilah yang abadi. Sehingga bila kita menyadari kehadiran Sang Jiwa pada diri setiap manusia, kita senantiasa bisa menghargai setiap manusia.
Jangan lupa bahwa ketika kita memiliki cara berpikir seperti ini juga kita sedang memuliakan Jiwa kita sendiri. Sehingga bila kita cermati lebih dalam lagi, segala yang kita lakukan baik terhadap orang lain seseungguhnya juga untuk diri kita sendiri. SAMA SEKALI BUKAN UNTUK ORANG LAIN.
Mengapa dikatakan cara pikir seperti ini akan tetap menjadi rahasia abadi?
Suatu rahasia tidak lagi menjadi rahasia bila dilakoni, namun akan tetap menjadi rahasia abadi bila tidak menjadi laku keseharian.