Jika kita bisa dengan cerdas mengamati, kita akan mendapatkan seorang pemimpin yang cerdas. Bagaimanakah kriteria pemimpin yang cedas?

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Sebelum kita menentukan pemimpin yang cerdas, kita mesti tahu terlebih dahulu definisi kata cerdas. Cerdas tidak sama dengan pintar. Seseorang yang pintar masih berada pada ranah intelektual. Intelektual masih berdasarkan pada kepentingan golongan, kelompok dan diri sendiri. Segala pertimbangan berlandaskan untung dan rugi. Seseorang yang pintar masih bisa memintari orang lain sehingga orang tersebut bisa digunakan atau being used.

Berbeda dengan seorang yang cerdas. Cerdas lebih dekat ke arah intelegensia, kecerdasan ilahi. Seseorang yang intelegensianya berkembang memiliki sifat melayani dan mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri. Ia seseorang yang memiliki sifat: “Perlakukanlah orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan”. Dengan demikian, ia seseorang yang siap memberikan pelayanan bagi masyarakat yang dipimpinnya. Bukan minta dilayani.

Saat ini pemilihan presiden sedang berlangsung. Kita bisa menggunakan intuisi kita untuk memilih satu pilihan yang menjadikan negeri ini sejahtera. Kita mesti belajar dari pengalaman. Jangan lah kita lebih bodoh dari keledai. Ingat pepatah: “Keledai pun tidak mau jatuh di lobang yang sama”

Kita bisa menggunakan kewarasan kita memilih. Alam sudah mempersempit pilihan. Satu diantara dua. Semua terjadi bukan suatu kebetulan. Saatnya kecerdasan kita di uji. Rakyat cerdas melahirkan pemimpin yang cerdas.

Yang pertama bisa dilihat secara fisik. Siapa yang ada dalam koalisi pendukungnya. Kita mesti ingat bahwa selain hukun sebab akibat, alam memiliki hukum lainya; Hukum tarik menarik. Like attract alike. Tentu hal ini mudah difahami. Perasaan serta emosi atau tingkat pemikiran merupakan frekuensi. Hanya yang sama frekuensi yang bisa saling berteman. Inilah hukum alam.

Ucapan seseorang merupakan ekspresi dari alam bawah sadarnya. Dari debat capres kita bisa melihat, yang mana berpengalaman dan yang mana masih wacana. Seseorang yang sudah berpengalaman melayani rakyat atau masyarakat akan menyampaikan atau ekspresikan dari hasil pengalamannya.

Ketika seseorang berkata: “Untuk menguasai Indonesia dapat dilakukan dengan mudah. Beli saja partai politiknya”. Bisa dilihat disini. Mungkin para pendukungnya masih menyangkal, itu hanya slip of tounge.Kesleo lidah. Mungkinkah??? Jika kita mau belajar sedikit saja, sesunguhnya saat orang berbicara dengan penuh semangat, saat itu ia sedang mengungkapkan perasaannya. Sehingga yang disampaikan juga merupakan cerminan alam bawah sadarnya. Dari ungkapan ini, kita bisa membaca, apa yang terjadi dalam koalisi tersebut.

Capres yang sama juga mengajari rakyat agar berbuat yang tidak sesuai dengan hat nurani. Bisa dilihat disini. Sekali lagi ungkapan merupakan ekspresi dari alam bawah sadarnya. Inilah petunjuk alam. Kita mesti cerdas mengamati tanda yang diberikan oleh alam. Boleh saja yang bersimpati mengatakan: “Itu hanya kesleo lidah” Tetapi mungkinkah kesleo lidah terjadi berulang kali? Lihat yang berikutnya.

Saat di Solo, ini ucapannya. Lha kena sendiri. Masih ada lagi, saat debat capres tanggal 15 Juni 2014 di Hotel Grand Melia. Masalah kebocoran yang pada akhirnya menelanjangi SBY dan cawapresnya. Dan banyak lagi pakar yang mengkritisi.

Jika seseorang sering ke sleo lidahya, apakah mungkin ada yang tidak seimbang dalam dirinya?????

Apakah semuanya kebetulan??? Alam tidak memiliki sesuatu yang kebetulan. Alam memiliki grand design.Tergantung kecerdasan kita sendiri dalam mengamati, menilai dan memutuskan…

Saatnya kita tidak terpengaruh orang lain. Inilah prinsip Ayur Hypnotherapy. Pemberdayaan diri sendiri serta berpikir secara transpersonal. Bukan mengutamakan golongan, kelompok atau bahkan diri sendiri…