Dr. Lissa Rankin menyarankan 6 hal untuk dilakukan menuju proses healing/ penyembuhan, yaitu:
- Yakin. Yakinlah walau separah apapun penyakit yang sedang diderita, selalu ada harapan untuk sembuh. Harapan untuk sembuh inilah yang menguatkan keyakinannya akan kesembuhan dan membuat tubuhnya masuk dalam kondisi Respon Relaksasi dan rilis hormon-hormon cinta. Bagi tenaga medis (termasuk saya), harap selalu berkata-kata yang menguatkan. Karena seringkali vonis yang dijatuhkan kepada pasien (misal:”Ini kanker ganas bu. Jalan satu-satunya ya harus kemoterapi. Kalau tidak ya tidak ada jalan keluar lain.”) malah semakin menjatuhkan mental pasien sehingga pasien masuk ke dalam kondisi Stress Response yang justru semakin mempercepat perburukan kondisinya (penyakit semakin parah atau kematian malahan…….).Alias kata-kata yang membunuh (toxic words)
- Cari relasi (keluarga/ teman) dan healer (penyembuh: bisa berupa dokter atau terapis lain) yang mendukungnya. Walaupun tubuh memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, namun bila ada keluarga/ teman/ healer yang mendukung/ menguatkannya, maka amygdala-nya akan kalem dan mendukung untuk masuk ke Respons Relaksasi
- Dengarkan intuisi ( inner pilot light).
- Intuisi merupakan inner doctor yang terbaik bagi setiap orang. Setiap orang memiliki inner doctornya masing-masing. Dengarkan ia! (heheh…..masalahnya, tidak semua orang mau mendengarkan intuisinya sendiri dan lebih memilih apa kata orang lain J)
- Bila mobil rusak, lalu untuk membetulkannya bisa kita bawa ke bengkel untuk diperbaiki oleh teknisi bengkel. Tubuh manusia tidak begitu. Tidak karena tubuh sedang sakit lalu kita pasrahkan perbaikan tubuh di tangan orang lain tanpa mendengarkan intuisinya sendiri untuk penyembuhan.
- Jaga pikiran. Diagnosa akar masalah pasien. Apa akar penyebab sehingga masalah itu terjadi. Tangani itu. Begitu akar masalahnya ditangani, tubuh akan masuk ke Respons Relaksasi
- Temukan “resep” yang pas untuk masing-masing orang. Identifikasi resep/ modalitas terapi apa yang pas untuk masing-masing orang. Dengarkan intuisi (well, memang dibutuhkan keberanian luar biasa untuk melakukan Pasrah. Pasrah adalah penyembuh yang paling penting (the best healer). Dengan pasrah, kita menyerahkan hasil atas tindakan apa yang telah kita lakukan kepada Tuhan. Masalah hasil dari tindakan/ treatment yang dilakukan adalah urusan Nya…. Akan apa yang dibisikkan oleh intuisi. Tapi yakinlah, intuisi tahu apa yang terbaik untuk dirimu)..
Pada latihan yang dilakukan pada Pusat Pelatihan Yoga dan Meditasi Anand Krishna Center (AKC) di Jakarta, Yogyakarta, dan Kuta ada phase rileksasi, ini merupakan salah satu cara untuk mengkalemkan pikiran menuju Respons Relaksasi. Ini bisa dimaknai sebagai proses PASRAH…
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Caranya dengan mengamati nafas. Saat menghembuskan nafas, ucapkan mantra/ zikir. Misalnya: astaghfirullahaladzim, damai…damai….damai…, ho’oponopono, dan lain-lain sesuai belief masing-masing.
Bila ada pikiran yang berkelebat (jumping monkey), amati saja pikiran yang muncul itu dan sapa ia:”Hai pikiranku……..”, lalu biarkan ia pergi dan focus ke nafas dan mantra/ zikir lagi.
*Jangan biarkan orang-orang yang kita sayangi berada dalam kondisi kesepian karena kesepian itu bersifat membunuh walau orang itu sudah menerapkan gaya hidup sehat.
* Amygdala tidak bisa membedakan antara ancaman biasa dan ancaman bahaya. Keduanya sama-sama dimaknai sebagai ancaman membahayakan hidupnya sehingga kadar hormon stres yang dirilisnya sama-sama tinggi.
* Bila tubuh terus menerus berada dalam kondisi Stress Response, hormon – hormon stres terus-menerus keluar membanjiri tubuh dan bersifat toksik, sehingga tak heran penyakit-penyakit berdatangan seiring usia, misalnya kanker, diabetes, penyakit ginjal, dll.
* Respons Relaksasi membuat kita hidup berusia panjang dan sehat
- Jaga pikiran. You’re the gatekeeper of your own mind. And it’s your responsibility to calm your own amygdala in order to calm your body.
- Jadi tidak cukup hanya modalitas obat/ tindakan tertentu saja seperti dalam filosofi Western Medicine. Ada faktor lain yang harus diperhatikan yaitu bagaimana mengalihkan respons stres tubuh untuk masuk ke respons relaksasi.
- Kadar hormon kortisol (salah satu hormone stress) berfluktuasi sepanjang hari. Dalam kondisi stress kronis, kadar kortisol keluar banyak dari kelenjar adrenal sehingga kadarnya di kelenjar adrenal berkurang banyak sehingga di saat pemeriksaan laboratorium bisa jadi terbaca rendah karena sudah tidak ada stok di kelenjar adrenal. Padahal tubuh sudah lelah dengan banjir kortisol beberapa saat sebelumnya.