Lha iyalah…. Mana agama yang tidak benar. Apalagi agama yang diakui di nusantara ini. Di Indonesia. Bukankah kita punya Pancasila? Sila pertama menyebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu masih ada lagi kata Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrowa.
Ketuhanan Yang Maha Esa berarti tentang sifat Tuhan. Bukan Tuhan yang dibahas. Bukan membahas tentang jumalah Tuhan dari agama. Mungkin banyak orang yang berpendapat bahwa agama Hindu menganut banyak Tuhan. Agama Kristen atau Katholik menuhankan Jesus. Agama Khong Hu Cu dianggap lain lagi. Sah – sah saja anggapan tersebut. Bukankah anggapan berasal dari pikiran? Kita lupa bahwa selama ini, pikiranlah pokok akar pertengkaran. Kita berhamba pada pikiran. Kita budak pikiran, bukan hamba Allah.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Kita belum memiliki sifat Tuhan. Dengan kata lain kita belum berketuhanan. Sifat ketuhanan adalah semua sifat yang damai dan mendamaikan. Sifat kasih, jujur, damai, suka membantu sesama, dan senang hati jika orang lain bahagia. Sifat kebenaran. Pendek kata sifat yang melestarikan kehidupan di bumi. Sifat Tuhan adalah segala sifat yang selaras dengan alam.
Agama bagaikan aliran sungai. Semua sungai menuju ke muara yang satu adanya. Laut. Sungai sepertinya berbeda. Beda bentuk dan alran sungai. Tetapi yang mengalir di sungai adalah air. Walalupun secara fisik air itu berbeda. Ada yang berpenampakan jerni, ada juga yang keruh. Namun esensi air satu adanya…
Bhineka Tunggal Ika berarti tampaknya berbeda namun sesungguhnya di balik semua yang berbeda satu adanya. Bukankah esensi agamapun demikian. Jika masih juga ada yang menganggap bahwa Tuhan agamaku beda dengan Tuhan agama yang lain, secara tidak disadarinya, ia menduakan Tuhan. Apalagi yang mengatakan bahwa Tuhan agama lain beda adalah yang mengaku bahwa Tuhan hanya satu ada Nya. Semua berpangkal pada pikiran yang menganggap agamanya paling benar. Kita belum mengerti makna sifat Tuhan. Kita belum memahami esensi Bhineka Tunggal Ika. Budaya luhur nusantara.
Pikiran yang beranggapan bahwa agamaku adalah yang paling baik dan sempurna berarti kita belum juga menyadari bahwa agama hanya sebatas alat angkut atau jalan. Jika kesadaran kita sudah lebih meningkat lagi, kita akan melihat bahwa saat kita memandang bahwa agama sendiri yang paling baik membuktikan bahwa kita kita masih berada di semak belukar. Belum melakukan pemanjatan pohon yang lebih tinggi. Saat berada di ketinggian pohon, kita akan melihat bahwa di bawah banyak semak belukar. Ini yang membuat pandangan kita terbatas. Setiap insan merayap naik ke arah yang lebih tinggi.
Itulah proses alami. Bagaikan anak sekolah. Bukan kah dunia ini area ntuk pendidikan? Itulah keadilan Tuhan. Tiada seorangpun yang turun tingkatnya. Ada yang mau cepat naik kelas, ada juga yang bermalas – malasan untuk naik kelas. Malas disebabkan tertarik kenyamanan dunia. Namun Tuhan Maha Adil adanya. Peringatan selalu datang. Kapan?
Saat ujung kematian. Sepersekian detik sebelum tarikan nafas terakhir, flash back perjalanan kehidupan diperlihatkan oleh Nya. Janji sebelum kelahiran sudah sesuai atau tidak dengan yang diperbuat di bumi akan diperbandingkan. Itulah kuasa Ilahi. Inilah bukti bahwa ada kekuatan Tuhan di balik kehidupan fisik ini. Jika janji sebelum kelahiran di muka bumi tidak selaras dengan perbuatan di muka bumi, ya harus mengulang lagi perjalanan. Dunia inilah jembatan shirottol mustaqiem. Jembatan yang sangat halus. Jalan yang sangat rumpil untuk memenuhi janji pada Tuhan. Selaras hidup dengan sifat Tuhan. Sifat kasih dan damai menuju kebenaran tunggal, Tuhan.