Sifat Baik

Banyak orang mendambakan sifat baik. Namun suatu ketika, sifat baik pun harus dilampaui. Pelampauan ini sangat dibutuhkan agar bisa menggapai ketinggian perjalanan. Dalam kehidupan kita dikenal 3 sifat yang ada di muka bumi. Sifata baik dibutuhkan, namun bisa saja suatu ketika sifat yang tampaknya baik menjadi tidak baik. Sifat yang baik atau tidak bergantung dengan situasi. Lebih tepatnya kepentingan.

Sifat baik atau Satva; sifat dinamis atau Rajas; dan sifat malas atau Tamas. Setiap orang memiliki ke 3 sifat tersebut, masalahnya terletak pada porsi. Selain itu juga waktu sangat menentukan juga situasi. Misalnya, seseorang memiliki sifat baik saat bekerja untuk kebaikan umum. Di lain sisi, ia juga memiliki sifat malas untuk melakukan hal yang tidak baik. Bisa saja ia sangat dinamis untuk berupaya untuk terus mengembangkan sifat baik.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Selama kita hidup dan berhubungan dengan dunia materi, ke tiga sifat ini tidak bisa dihindarkan. Ciri yang nyata adalah bahwa ke tiga sifat ini berhubungan dengan kebendaan. Dengan kata lain, ke tiga sifat ini berkaitan dengan dualitas.

Bagi pejalan spiritual, ke tiga sifat atau guna harus dilampaui. Karena ke tiga sifat ini masih terjait erat dengan intelektual. Ranah mind yang belum ber-transformasi.

Pelampauan  3 sifat

Rasa bahagia sejati melampaui tiga guna atau sifat ini. Pengetahuan ini sangat penting bagi para pejalan spiritual. Karena tanpa memahami dan terus berjuang untuk melampaui, kita masih akan terus terjebak pada sifat atau guna baik. Tampaknya, kita selalu berbuat baik, tetapi tanpa sadar kita masih terjebak pada permainan balas budi. Karena ia baik, maka saya juga baik. Inilah ranah intelektual.

Kasih seharusnya sudah pada pelampauan sifat baik. Sifat alam adalah kasih, bukan cinta. Cinta berarti mengharapkan balasan dengan apa yang sudah diberikan. Seorang pria mencintai istrinya, tetapi belum tentu mengasihi. Ini terbukti ketika si pria menyatakan cinta tetapi ketika tidak dibalas, ia menjadi marah. Kemudian, cinta berubah menjadi benci.

Seorang ibu mengasihi anaknya. Namun, bila suatu ketika si anak melakukan sesuatu yang mungkin menciderai sang ibu. sang ibu tetap akan memaafkan dan terus mengasihi. Kasih tidak mengharapkan balasan.

Cinta masih pada ranah sifat baik. Cirinya adalah ketika tidak dibalas cintanya, sesaat kemudian akan menjadi rasa tidak suka atau bahkan benci.

Transformasi intelektual menjadi intelejensia terbukti dari perwujudan rasa kasih yang terus hadir dalam kehidupan sehari-hari.