Puasa
Asal kata puasa dari upavasa. Pada umumnya dimaknai sebagai pengendalian diri. Namun sampai saat ini yang dikendalikan hanyalah makanan. Tidak makan secara fisik. Haya itu. Itulah sebabnya sebagaimana dikatakan oleh seorang resi yang diramalkan kehadirannya dalam kitab Bhavisa Purana, bahwa mereka hanyalah lapar dan haus.
Dengan tidak makan atau mengurangi konsumsi makanan pada siang hari diharapkan kekuatan tubuh melemah sehingga tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. Karena pikirannya menjadi jernih sehingga ucapannya pun menjadi baik. Inilah tujuan utama perintah sang resi.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Tapa
Makna tapa sebagaimana disebutkan dalam buku: Kebijakan Bhagavad Gita bagi Generasi Y by Svami Anand Krishna, www.booksindonsesia.com;
“Memuja para dewa (menghormati dan melestarikan alam yang menunjang kehidupan); menghormati para bijak (yang senantiasa berupaya untuk hidup dalam Kesadaran Jiwa), para guru pemandu Rohani, mereka yang lebih tua, dan para suci yang telah lepas dari keterikatan duniawi; senantiasa memelihara kesucian diri; kejujuran, kemuliaan; pengendalian diri dan pengembangan kreativitas (Brahmacarya); tidak menyakiti, melukai, atau melakukan kekerasan lainnya – semua adalah ‘Tapa Brata Ragawi” (17:14)
“Mengucapkan kata-kata yang berguna, benar, dalat dipercayai; tyda menyakiti hata, bantun, lembut, dan, senantiasa melakukan intorspeksi diri (sebelum berucap), inilah ‘Tapa Brata Ucapan.” (17: 15)
“Berpikiran tenang, sopan, cerca, todas terlibat dallas pembicaraan yang tak berguna; pengendalian diri, dan kesucian hati – semuanya ini disebut ‘Tapa Brata dengan Pikiran.” (17:16)
Identik
Ada kesamaan yang sesungguhnya menjadi tujuan dari Puasa dan Tapa. So, tapa dan puasa identik dalam tujuan akhirnya; Pengendalian diri dalam pikiran, ucapan serta tindakan/perbuatan demi kemuliaan diri sendiri. Bila semua orang yang menjalankan puasa benar-benar bersedia melakoni sebagaimana pemaknaan di atas, terjadilah kedamaian di muka bumi. Terwujudlah surga atau tempat yang membahagiakan di muka bumi ini. Tidak perlu menunggu surga setelah tubuh musnah.
Dengan keterbukaan diri menerima bahwa Tapa identik dengan puasa, kita bisa mengapresiasi mereka yang melakoni tapa. Hal yang utama digarisbahwahi adalah bukan tapa dengan menjauhkan diri dari keramaian dunia.
Tapa dalam keramaian dunia jauh lebih sulit daripada menjauhi keramaian dunia. Dan bisa dilakukan di tengah keramaian dunia, tempat kerja atau pergaulan, maka manfaatnya akan data dirasakan langsung oleh semua orang.
Sesungguhnyalah tiada perbedaan tujuan dari Zanan dulu dan Zaman Now. Hanyalah beda kemasan….