Sumber Penderitaan
Sumber penderitaan muncul dari ke-aku-an. Ini milik-ku, ini kebenaran-ku, ini anak-ku, dan lain sebagainya. Yang harus dipahami adalah bahwa ‘ku’ di sini berkaitan dengan tubuh atau identitas diri sebagaimana yang diberikan orang. Bukan identitas yang sejati. Bila sudah bisa menghilangkan identitas sebagai tubuh, dengan kata lain kesadaran sudah meningkat lebih tinggi lagi, maka sumber penderitaan pun hilang. Orang tersebut menjadi bahagia. Kebahagiaan sejati.
Penderitaan terjadi ketika yang terjadi di luar tidak sesuai dengan keinginan kita. So, akar dari penderitaan adalah keinginan. Apapun jenis keinginan. Kadang banyak orang klaim bahwa keinginannya sesuai dengan perintah kepercayaan tertentu. Bagi orang tersebut, keinginannya paling benar atau absolut. Dan ia kemudian menderita bila keinginannya tidak terwujudu atau terpenuhi.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Waspadai Media Sosial
Media sosial saat ini bisa menarik kita ke dalam penderitaan lebih dalam. Banyak berita yang tidak lagi sesuai dengan kebenaran yang baik untuk masyarakat lebih banyak. Karena sesungguhnya banyak orang di luar sana yang tidak sadar.
Yang saya maksud tidak sadar adalah mereka yang berpikir, berucap serta berbuat hanya untuk kepentingan golongan dan kelompoknya. Bahkan yang menyedihkan adalah golongan ini merupakan mayoritas. Jadi sudah bisa dibayangkan bahwa energi ketidasadaran amat sangat besar.
Bila kita ingin dalam kelompok yang sadar, maka kita harus memiliki perkumpulan sendiri. Perkumpulan yang lebih memikirkan kebaikan bagi semua golongan serta kelompok. Bukan golongan atau kelompok yang ego, hanya golongan/kelompok sendiri paling baik. Karena di saat kita menganggap ‘paling baik atau paling benar’ pikiran seperti ini amat sangat kacau/sakit. Kenapa saya katakan sakit?
Perhatikan dengan jernih berita di media sosial. Golongan/kelompok yang sakit ini bisa berkata A saat menguntungkan dan bisa berkata B bila merugikan terhadap peristiwa yang sama. Semua dasarnya kepntingan materi, kekuasaan, dan ujung-ujungnya uang/harta; wanita;dan tahta.
Ke-aku-anĀ
Contoh nyata. Suatu ketika kita melihat seorang anak. Kita merasakan biasa saja ketika anak itu jatuh atau sakit. Mungkin anak tersebut sedang mengalami kekurangan sesuatu sehingga menangis. Namun hal sebaliknya bisa terjadi.
Ada seseorang mengatakan bahwa ternyata anak tersebut adalah anaknya. Ada bukti hasil test DNA. Pikiran serta perasaan kita langsung berubah. Kita menjadi seseorang yang sangat menderita bila melihat sesuatu terjadi pada si anak. Boleh anda praktekkan bila tidak percaya.
‘Aku’ menderita bila anak tersebut sakit. ‘Aku’ sedih bila anak tersebut, yang sudah menjadi anak ‘ku’, menangis. Perhatikanlah; sumbernya adalah ke-aku-an. Bila tidak sedih, nanti apa kata orang? Lagi-lagi kita dipengaruhi ‘kata orang’ Kita di bawah pengaruh orang lain.