Surga bukan tertinggi
Surga bukan tertinggi, surga yang kita kenal selama ini hanya menceritakan semua hal berkaitan dengan kenikmatan duniawi. Karena memang kita masih menganggap kenikmatan dunia atau indrawi sebagai hal yang paling utama. Yang aneh, bila mau merenungkan, adalah bahwa segala hal yang tidak bisa didapatkan di dunia karena ketidakmampuan keuangan ditumbuhkembangkan sebagai imimn-iming untuk melakukan kebaikan.
Bila kita anggap bahwa pencapaian kenikmatan kepuasan badaniah sebagai puncak pencapaian, maka ketahuilah bahwa kesadaran kita masih pada lapisan fisik. Lapisan paling rendah. Ada 5 lapisan yang bisa dibaca di sini. So, surge yang teretam di dalam otak atau pikiran kita masih pada batas kenikmatan indrawi. Dan bila hal ini yang ada dalam otak atau pikiran kita, maka dalat dipastikan setelah kematian, alam yang kita temui adalah alam surga. Karena selama ini, kita bayangkan surga tidak ada di dunia.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Alam setelah Kematian
Alam setelah kematian tubuh merupakan tingkat lebih lanjut. Dalam benak setiap orang dipastikan ada pandangan bahwa bila tubuh mati, maka akan naik tingkat. Celakanya, bila di dunia nyata saat ini belum anggap bahwa dunia ini bukan surga, maka bagi pelaku ritual dan kebaikan dalam kerangka pencapaian surga akan menciptakan surga di alam berikutnya.
Mari kita renungkan pesan Bhagavad Gita by Anand Krishna, www.booksindonesia.com:
‘Mereka yang berkarya untuk meraih hasil tertentu sesuai dengan anjuran dalam ketiga Veda tersebut, sepanjang hidupnya menikmati Soma, atau segala kenikmatan yang berasal dari gugusan pikiran, indra, badan, dan sebagainya; berbakti dengan melakukan berbagai macam ritus, dan terbebaskan dari segala macam dosa-kekhilafan, mereka menuju alam surga tempat Indra berkuasa. Demikian, mereka menikmati segala kenikmatan surgawi.’
‘Setelah menikmati alam suga yang luas dan berakhirnya (tabungan) kebajikan yang mereka peroleh sebagai hasil dari pekerjaan yang sesuai dengan anjuran Veda – kitab-kitab suci – maka, mereka kembali ke dunia ini. Demikian mereka datang dan balik – lahir, mati, menikmati surga, lahir lagi, dan mait lagi – berulang-ulang kali.’
Moksha
Kebebasan atau moksha itulah surga. Surga adalah kenyamanan tanpa gangguan. Surga yang dipahami oleh banyak orang Selma ini belum menjamin kita terbebaskan dari belenggu kenikmatan badaniah. Surga yang dibicarakan orang banyak berkaitan dengan kenikmatan ragawi, maka surna semacam ini setelah kematian tidak berlaku bagi yang punya uang. Karena ini.
Bagi para panembah sejati, alam dunia ini dianggap sebagai surga sehingga tidak ada lagi keluhan. Dan setelah kematian tubuh, maka tingkat lebih lanjut adalah alam kebebasan dari segala kenyamanan tubuh. Bila tidak percaya, bayangkan anda bebas dari segala keinginan kenyamanan indrawi. Itulah kenyaman atau kenikmatan surga…..
Pelampauan Surga harus terjadi di bumi…