Saat melihat sinetron pada salah satu siaran teve swasta, istri saya menangis. Ia begitu terbawa emosi melihat seseorang wanita diperlakukan buruk oleh wanita lainnya. Saat saya melihat hal tersebut, saya berkata: “Ah itu kan disuruh sutradara….” Apa yang terjadi? Saya malahan di omelin dan disuruh pergi. Ia bilang mengganggu saja. Ia menganggap bahwa menonton dan mengikuti emosi kesedihan sebagai hiburan.
Bukankah semua yang terjadi pada sinetron karena memang diperintahkan oleh sang sutradara? Jika kita bisa menganggap bahwa saat menonton sinetron dan kita terlarut terbawa emosi tangisan sebagai hiburan seharusnya saat kita mengalami penderitaan juga anggap sebagai hiburan semata. Bisakah demikian? Ternyata sulit. Saat kita mengalaminya sendiri, kita begitu sedih. Kita lupa bahwa Tuhan adalh Sang Maha sutradara. Dia pengatur permainan.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Si Rahwana diberikan peran sebagai raksasa yang menculik sang Dewi Sitha. Demi mempertahankan Dewi Sitha, banyak pasukan maupun panglima perang kerajaan Alengka terbunuh. Keserakahan nya menguasai Dewi Sitha membuat nya mengorbankan pasukan nya demi membela dirinya. Dewi Sitha melambangkan nafsu kita.
Demikian juga kita. Kita mempertahankan keinginan serta mengorbankan kemuliaan jiwa. Hanya mengabdi pada keinginan nafsu panca indra, kita kesampingkan yang lebih mulia. Jiwa. Demi membela sesuatu berkaitan dengan kenyamanan tubuh, kita lupa bahwa dunia ini panggung sinetron yang maha besar. Kita begitu terbawa arus emosi sehingga melupakan kesadaran bahwa hal tersebut. Semua pemain bertanggung jawab pada perannya. Semakin terlibat serius dalam permainan semakin dihargai oleh sang sutradara.
Ada si fulan yang berperan sebagai penjahat. Semakin baik ia memerankan sebagai penjahat semakin tinggi penghargaan yang diterima nya. Si penjahat berfungsi sebagai penguji bagi seseorang yang sedang diuji. Saat seseorang yang diuji bisa melampaui batu ujian, saat itu ada kenaikan tingkat. Tanpa adanya ujian, seseorang tidak akan mendapatkan kenaikan kualitas. So, lari dari sesuatu masalah tidak membuat kualitas hidup mengalami peningkatan. Kualitas kemanusiaan kita bisa meningkat saat kita menghadapi masalah dengan keceriaan kemudian mampu mengatasi nya. Sebaliknya, walaupun si pemeran kejahatan mendapatkan penghargaan tetapi bagi dirinya, ia mengalami kemunduran. Karena adalah alami manusia menjadi baik. Karena aslinya memang baik. Jadi sifat baik sesungguhnya genuinely bawaan manusia.
Tergantung kita sendiri. Kemana kita akan melakoni ayau menjalani peran. Mau jafi buruk, okay. Jadi baik lebih bagus. Namun demikian, adalah kemampuan manusia untuk memilih. Jika kita memilih baik, alam pin akan membantu. Mengapa????
Karena sifat alam memang baik adanya. Sifatnya alam adalah berbagi. Tidak menyimpan untuk dirinya sendiri. Alam sadar akan perannya sebagai pemberi.
Bingung??? Artinya anda dalam tahap meningkat. Kebingungan adalah salah satu batu ujian. Saat kita bisa lepas dari kebingungan berarti kita telah melampaui kebingungan itu sendiri.