Teguran Bumi
Teguran Bumi akn terjadi ketika manusia lupa akan tugasnya sebagai pemelihara alam, terutama bumi. Alam semesta ino eksis karena ada manusia. Mungkin banyak yang mengatakan ge-er lah manusia. Sebaliknya, ada pertanyaan: ‘Siapakah yang menciptakan Tuhan?’ Ya, manusialah yang menciptakan Tuhan.
Bila Anda tidak percaya, coba saja semua manusia tidak bicara tentang Tuhan, maka pasti Tuhan tidak ada. Maka banyak hal yang smeult dipertentangkan akan berhenti dengan sendirinya.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Kita sering melupakan bahwa tanpa ada bumi tidak ada kehidupan. Sayangnya, karena ulah manusia yang serakah, maka terjadilah teguran bumi.
Tradisi Leluhur
Bila kita bersedia mengamati dengan seksama, ada suatu tradisi persembahan api. Saya sebut persembahan api karena kita melakukan pembakaran rempah berupa padi dicampur dengan rempah lainnya. Inilah yang disebut Agni Hotra. Berikut prosesnya atau tutorialnya:
Untuk menyederhanakan, maka kita melakukan dengan lebih sederhana; membakar kemenyan dengan ‘anglo’ yang terbuat dari Tanah liat. Persembahan seperti di atas diyakini menciptakan kebersihan lingkungan.
Selain itu, di Jawa serta beberapa daerah lain di Nusantara juga sering melakukan persembahan terutama ketika telah selesai panen raya. Ada juga yang melakukan persembahan di laut. Semua yang dilakukan sebagai ungkapan syukur pada alam. Namun dianggap animisme.
Pelarangan penebangan pohon di daerah pedalaman oleh penduduk asli masih dilakukan demi pelestarian alam.
Kesehatan Bumi
Sebagai akibat keserakahan manusia, maka terjadilah ketidakseimbangan di alam ini. Bumi dalam keadaan tidak sehat. Segala bencana alam berupa banjir, gempa bumi serta letusan gunung terjadi sebagai teguran bumi terhadap perilaku yang serakah dari manusia. Pendemi yang disebut Corona-19 atau yang sebelumnya pernah terjadi sebagai bentuk alam/bumi mencari keseimbangan.
Tuhan yang selama ini kita sembah tidak akan memelihara bumi bila kita sebagai manusia tidak melakukannya. Bukankah kita sebagai manusia sebagai kalifa di muka bumi? Sayangnya kita termabukkan oleh ritual sehingga mengabaikan esensi agama. Kita belum memiliki sifat keberagamaan. Bila kita memahami dan mau melakoni, maka tidak ada teguran bumi.
Agar bumi kembali sehat, maka kemudian dengan ‘terpaksa’ alam pun bicara melalui caraNya.