Betul sekali… Carilah seorang guru yang bisa menuntun jalan menuju keilahian. Jalan ke surga adalah adalah jalan yang tidak jelas. Mungkin anda akan mengatakan, bagaimana bisa dikatakan jalan tidak jelas???

Saya hanya ingat yang pernah disabdakan oleh Baginda Rasulullah SAW yang terkasih. Ketika ada yang bertanya pada beliau, ‘Dimanakah Allah berada ya, Baginda Rasulullah SAW?’

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Dengan senyumnya yang lembut dan penuh kasih, beliau menjawab:

‘Dalam diri hamba Nya yang beriman dan bertaqwa’

Ya, inilah yang beliau sabdakan. ‘Tuhan berada lebih dekat dari urat lehermu.’ Dan Bagindapun menunjukan jalan keilahian. Bukan jalan ke surga. Jalan menuju keilahian dalam diri setiap manusia yang ditunjukkan oleh Baginda Rasulullah SAW.

Demikian pula yang disampaikan para suci dan nabi dalam setiap zaman. Jalan untuk membangkitkan pelita kasih dalam diri setiap insan. So, inilah jalan kemuliaan yang mesti ditempuh oleh manusia yang hadir di muka bumi. Bukan jalan untuk menguasai manusia lain. Bukan jalan untuk mencari kekuasaan di muka bumi. Apalagi untuk menjadi penguasa di muka bumi. Inilah jalan kesesatan yang saat ini kita jalani.

Mengapa masih saja mendengarkan pada manusia yang selalu berseru bahwa kehadiran Baginda Rasulullah SAW adalah menjadi kalifah penguasa bumi? Jadilah khalifah penguasa diri sendiri. Mereka yang menyerukan agar ada seorang pemimpin umat penguasa dunia berarti mengajak semakin dalam ke jurang kesesatan. Mengapa???

Karena tidak satupun utusan Tuhan Allah Semesta alam mengajak manusia jadi penguasa dunia. Mereka sadar dunia bukanlah tujuan manusia lahir ke dunia. Tujuan manusia lahir ke dunia adalah untuk menemukan ilahi atau kasih dalam diri manusia. Menemukan kemanusiaan dalam diri setiap insan. Menyadari kemanusiaan dalam diri setiap insan berarti menyadari bahwa Tuhan bersinggasana dalam hati manusia.

Mau jalan ke arah mana menuju Tuhan. Saat Baginda Rasulullah SAW menyampaikan: ‘Wajah Allah di barat, timur, dan dimana-mana’, kita mau mencari kemana lagi? Setiap sudut tempat kita berpaling yang kita lihat wajah Allah. Bagaimana bisa terjadi? Saat bisa melihat wajah Allah di barat, timur, dan dimana-mana, saat itu anda sudah menemukan jalan keilahian. Tuhan bersinggsana dalam hati hambaNya.

Apa yang terlihat di luar diri adalah cerminan rasa dalam diri manusia. Tidak mungkin bisa melihat wajah Alah dimana-mana tanpa terlebih dahulu menemukan keilahian dalam diri sendiri.

Analoginya sangat sederhana. Saat kita melihat keindahan di sekitar kita, saya jamin saat itu ada rasa keindahan atau keceriaan ata kebahagiaan dalam diri kita. Bayangkan saat kita merasakan keceriaan atau kebahagiaan, saat itu serasa segala sesuatu di sekitar kita jadi indah. Namun sebaliknya, saat hati kita bersedih, segala sesuatu di sekitar kita tampak buruk.

Suasana hatilah yang mempengaruhi pandangan kita. Keindahan di luar merupakan cerminan atau pantulan keindahan dalam diri. Oleh karenanya, ada pepatah bahwa mata merupakan jendela hati atau qolbu. Ketika hati bersinar penuh kasih, dapat dipastikan qolbunya penuh rasa keilahian.
Masihkah percaya ada manusia bisa menunjukkan jalan ke surga?

Pilihan ada di tangan kita masing-masing. Tiada seorangpun memaksa. Mau jadi pengikut penguasa dunia atau penguasa diri sendiri??? Bukankah ini pula yang disampaikan oleh Baginda Rasulullah SAW saat usai perang Badar. Musuh terbesar dalam diri setiap manusia adalah hawa nafsu. Menguasai dunia berarti berhamba pada hawa nafsu. Nafsu keinginan. Nafsu yang didorong oleh ego. Tanyalah pada diri kita masing-masing.