Teist atau ateist sama-sama tidak beres. Ke duanya tidak menjawab permasalahan kejiwaan. Dua-duanya menciptakan manusia pemuja diri sendiri. Alias pemuja berhala diri. Mengapa saya bilang demikian? Mari kita amati.
Saat seorang ateist berkata:
Aku ateist….
Aku teist…..
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Perhatikan kata pertama: ‘aku’……
ke duanya masih berpijak pada aku. Artinya ke duanya masih berpijak pada lapisan kesadaran EGO.. Bentuk lapisan kesadaran paling luar. Badan. Lapisan kesadaran ini masih mengutamakan kekuasaan di dunia. Berbicara tentang kuasa dunia dapat dipastikan menyentuh keadaan bahwa ‘Aku lebih baik dari kamu’ Dengan kata lain, baik yang menganut faham teis ataupun ateis pasti menganggap yang dianutnya adalah yang paling baik. Ke duanya masih belum mampu menjalani kehidupan berselaras dengan alam.
Apa yang dimaksud hidup berselaras dengan alam?
Melakoni kehidupan selaras dengan alam berarti melakoni kehidupan sesuai kebutuhan. Bukan hidup berdasarkan keinginan. Hidup berdasarkan kebutuhan tidak akan mengganggu lingkungan. Yang membuat kerusakan lingkungan adalah keinginan yang berlebihan. Merasa diri paling hebat dan lebih dari orang lain adalah ciri sifat hidup yang tidak selaras dengan alam. Seperti juga yang mengaku diri sebagai teis sejati sering melakukan pelecehan twrhadap mereka yang ateis. Demikian juga sebaliknya. Ke duanya merasa lebih baik dan lebih suci. Merasa diri lebih dari yang lain bukanlah sifat ilahiah. Ini masih merambah di ranah hewaniah. Sifat ilahiah adalah sifat alam yang senantiasa melayani dan berbagi.
Jika benar-benar ia manusia Tuhan atau hamba Allah, tidak ada lagi sifat pengagungan ego pada segala perbuatannya. Bukankah dalam kitab-kitab suci sudah jelas disampaikan bahwa:
“Barang siapa meninggikan diri di dunia, maka ia akan direndahkan derajatnya dihadapan Tuhan”
Sayangnya kebanyakan manusia lupa pesan suci dari para nabi.
Demikian juga yang merasa dirinya ateis kemudian demikian pongah dan merasa diri bebas. Ia tidak faham makna kebebasan diri. Lucunya dengan memproklamirkan diri sebagai ateis ia bisa bebas dari kehidupan beragama. Ia lupa bahwa tidak ada manusia bebas. Ia lupa bahwa selama hidup di dunia, ia masih terikat hukum dunia bahkan alam semesta. Hukum sebab-akibat adalah hukum yang sedikit orang bisa melampaui.
Tiada seorangpun bisa bebas selama masih pada kesadaran badan. Tingkat kesadaran paling rendah…. Apa yang dibanggakan?
Ateis dan teis sama adanya. Masih berpijak pada EGO….