Apa makna kalimat tersebut?
Ketika seseorang menyatakan hal hal tersebut, ia meilihat bahwa segala sesuatu memiliki esensi yang satu ada Nya. Bukankah benda yang berwujud fisik dapat dipastikan berubah tiada henti?
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Pernahkah kita berpikir bahwa sesungguhnya tubuh kita ini sudah 5-7 kali mati? Setiap sel selalu mati dan kemudian bergenerasi dengan sel baru setiap 5-7 tahun. So, jika umur sudah mencapai 60-70 tahun, tubuh sudah mati 6-7 kali. Tubuh saat usia 70 tahun bukanlah tubuh saat usia 5 tahun. Yang bisa ingat peristiwa saat usia 5 tahun adalah memori, bukan pikiran. Pikiran hanya eksis saat ini.
Memori ini abadi adanya. Memori hasil pikiran abadi. Buktinya, tubuh kita saat ini bukankah tubuh 5-7 tahun yang lalu. Namun, kita masih bisa ingat peristiwa 7-8 tahun yang lalu. Dengan kata lain, sesungguhnya bahwa yang bisa kita ingat bukanlah tentang tubuh, tetapi peristiwa atau pengalaman yang tersimpan dalam file yang kemudian kita sebut memori pikiran.
Apa bahan baku memori?
Mind adalah kumpulan dari pikiran atau gugusan pikiran. Pikiran tidak bisa bergerak atau hidup tanpa adanya sesuatu yang menggerakkan atau menghidupkan. Inilah Sang Maha Energi. Pikiran bisa bergerak karena Energi Yang Maha. Tubuh yang terdiri dari 5 unsur menyatu karena adanya Sang Maha Energi.
Mind bisa berjenis dan banyak variasi atau pun macam. Namun, satu hal yang sama, Sang Maha Energi ataupun Sang Maha Jiwa sebagai sumber kehidupan atau penggerak dari pikiran atau pun mind. Bahan baku mind berkaitan dengan benda, oleh karenanya ia juga berupa materi, materi yang sangat halus dan ringan. Inilah sebabnya Sang Buddha menyebutnya dengan dhatu. Dhatu ini berarti materi.
Dan materi tidak abadi. Ia ada bersamaan dengan adanya makhluk. Bisa juga sejak dari benda yang kita sebut ‘mati’ seperti batu atau pasir. Demikian juga dengan mind, ia juga akan punah atau pecah berserakan kembali ke asalnya. Sang Maha Energi sebagai sumber pembentuk segala sesuatu serta penggerak segala sesuatu yang melatar belakangi keberadaan benda di dunia adalah yang abadi.
Para nabi atau avatar ataupun para suci adalah mereka yang bisa melihat dzat pembentuk sekaligus penggerak segala sesuatu yang bisa menjadi saksi bahwa:
Tiada Tuhan selain Tuhan….
Bagi mereka dunia hanyalah ilusi yang tidak abadi, sesaat ada sesat tiada kemudian ada lagi…..
Tidak mudah sesungguhnya mengucapkan kalimat di atas. Para suci dan nabi setelah mengalami, baru bisa mengucapkan. Mereka meyakini bahwa di balik segala sesuatu hanya ada dzat yang maha rahasia sebagai pembentuk dan penggerak. Bukan sekedar berucap, inilah perbedaan antara kita dan para suci dan nabi.
Selama ini kita hanya mem’beo’ apa yang mereka ucapkan tanpa mengalaminya terlebih dahulu. Mpu Sutasoma juga memahami hal ini. Dia lah pencetus istilah ‘Bhineka Tunggal Ika’, tampaknya berbeda, namun sesungguhnya satu adanya.
Perhatikan kata: ‘Bhineka’ ada kata ‘eka’ yang berarti tunggal…
Kata: ‘Tunggal’ bermakna satu…
Kata: ‘Ika’ juga bermakna tunggal…
Semua berpangkal pada yang ‘tunggal’ adanya…..
Sungguh tinggi falsafah leluhur nusantara….