Menyampaikan suatu kebenaran yang pada ujungnya selaras dengan Visi Baginda Rasulullah SAW, Rahmattan lil alamin tidak perlu takut terhadap neraka. Apalagi yang mengatakan juga manusia yang masih doyan nasi, dijamin juga tidak tahu ada atau tidaknya neraka. Mereka hanya bisa mengutip untuk menakut-takuti. Apa yang dikatakan mereka bukan kebenaran mutlak, sekedar mengutip.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Ketakutan terhadap sesuatu yang belum atau tidak ada kebenarannya merupakan ketakutan yang sama sekali tidak berdasar. Selama yakin bahwa yang disampaikan selaras dengan visi Baginda Rasulullah SAW, tidak perlu ragu. Mengapa??? Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Mereka tidak perlu ribut menghakimi, padahal yang dikatakan mereka hanya sekedar mengutip. Mereka bagaikan keledai yang menggendong buku. Bisa membawa buku tetapi tidak bisa mmembaca.

Sama saja dengan mereka yang berkata bahwa ibadah diterima atau tidak hanya Tuhan yang tahu. Mengapa tidak peka bahwa ibadahnya diterima atau tidak, tidak perlu menunggu esok atau kapanpun. Sangat jelas buktinya bahwa ibadahnya diterima atau tidak, ya saat ini juga. Terjadinya transformasi diri pada perilaku merupakan bukti bahwa ibadah seseorang diterima.

Misalnya, seseorang melaksanakan haji bisa mendapatkan haji mabrur terlihat dari perubahan perilaku kesehariannya. Jika setelah kembali haji, perilaku orang tersebut menunjukkan sifat kasih dan sayang terhadap sesama berarti ibadahnya diterima. Bukankah perbuatan yang memberikah rahmat terhadap bagi sesama lebih bernilai daripada pujian sesama manusia?

Ingatlah cerita tentang Baginda Rasulullah SAW tentang seseorang yang berniat haji tetapi tidak jadi melakukan perjalanan ke Makkah. Suatu ketika, seseorang ingin berhaji. Ia melanabung dengan rajin untuk melakukan perjalanan suci sebagaimana diperintahkan. Namun, saat akan berangkat haji, datanglah seseorang yang minta pertolongan. Ia butuh uang yang cukup besar. Orang yang akan berangkat haji secara spontan memberikan uangnya. Ia merasa uang lebih dibutuhkan oleh orang tersebut ketimbang ia pergi haji. Saat itulah Baginda bersabda bahwa sesungguhnya orang ini sudah mendapatkan haji mabrur.

Haji mabrur bukanlah haji TOMAT. Di sana TObat di sini kuMAT. Perubahan sikap itulah yang disebut haji mabrur. Bukan karena melakoni ibadah hajinya. Ia memahami pesan Baginda Rasulullah SAW, Rahmattan lil alamin. Banyak orang beribadah hanya mengharapkan pahala. Bukan perubahan sikap yang menyejukkan dan mendamaikan bagi sesama. Kita lupa salah satu hadist yang mengatakan bahwa jika kehadiran kita tidak memberikan ketentraman dan kedamaian bagi tetangga, kita belum Islam.

Selama yang disampaikan unutuk kebaikan semesta, mengapa mesti takut terhadap kata orang bahwa yang dilakukan akan mendapatkan neraka??? Jika kita takut mengatakan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak dan kedamaian sesama serta selaras dengan visi Baginda Rasulullah SAW, tidak perlu ditakutkan. Apa yang mereka katakan sekedar mengutip yang mereka sendiri tidak tahu kebenarnnya.

Surga atau neraka adalah tanggung jawab pribadi. Bukan karena percaya kata orang. Ingatlah ayat: Setiap perbuatanmu mesti dipertanggung jawabkan. Bukan orang lain menentukan, seseorang masuk neraka atau tidak…