‘Kondisi dan keadaan di luar adalah ciptaan Anda sendiri. Jika Anda pikir mereka mendukung pertumbuhan Anda, maka demikian adanya. Jika Anda pikir mereka tidak mendukung pertumbuhan Anda, maka itu benar juga adanya.’ 

(This is Truth That too is Truth by Anand Krishna, www.booksindonesia.com)

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Perhatikan di luar diri kita, semua benda yang kita gunakan adalah hasil ciptaan kita sendiri. Mobil, sapu, baju, handphone, buku, komputer dan lain sebagainya. Semua hal yang menunjang kebutuhan kita adalah hasil dari pikiran kita. Dan tujuan utama dari semua benda yang kita buat untuk memenuhi kenyamanan indrawi. Ya, kita harus ingat bahwa semua demi kenyamanan tubuh.

Sayangnya, kita lupa akan tujuan utama dari benda ciptaan. Bukannya untuk memenuhi tujuan kehidupan ataupun kelahiran, sebaliknya keberadaan benda menjadi tujuan manusia hidup. Alhasil, manusia menjadi budak ciptaannya sendiri. Semua pikiran sepanjang kehidupan hanya ditujukan untuk memuaskan indrawi.

Kita bergaul dengan orang yang kita anggap cocok dengan diri kita, itupun ciptaan kita. Jika lingkungan itu bisa membantu pertumbuhan kita, itu juga karena ciptaan kita. Kita membuat peraturan untuk mengatur manusia, sesama manusia agar baik. Baik menurut pandangan golongan, kelompok atau diri kita. Kita tunduk pada peraturan yang dibuat oleh manusia. Jika hal seperti dianggap baik, ya baik juga. Namun kita sering lupa bahwa pikiran kita memiliki kebebasan tanpa batas. Tubuh bisa dikekang tetapi pikiran tidak.

Saat kita melakukan sesuatu karena rasa takut, sesungguhnya kita tanpa sadar sedang membonsai pikiran kita. Dan kondisi ini menghambat pertumbuhan jiwa. Jiwa terus ber-evolusi. Tetapi keterbatasan pikiran yang dipenuhi rasa takut memenjarakan sang jiwa yang maha bebas. Saat itu jiwa menjadi budak pikiran. Kita harus memahami sifat pikiran, intelektual.

Dalam diri manusia ada dua, intelektual dan intelejensia.

Intelektual berasal dari pikiran kita sehari-hari. Sifat intelektual senantiasa berorientasi pada kenyamanan tubuh. Mind adalah gugusan pikiran dan perasaan. Pikiran seperti ini berkaitan dengan intelektual, kepintaran manusia berkaitan dengan materi. Sifat dasarnya selalu didasari atas untung dan rugi bagi kenyamanan tubuh, indrawi.

Mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit sebagai pancaidra. Setiap indra memiliki persepsi: Penglihatan, pendengaran, pencecap, penciuman, dan perasa. Semua persepsi bersifat relatif. Dalam hal persepsi ini inlektual bisa ditransformasi menjadi intelejensia. Intelejensia adalah kemampuan memilah dan memilih. Memilah dan memilih dikaitkan dengan kemuliaan dan kenyamanan.

Intelejensia adalah kecerdasan Ilahi. Jika berkaitan dengan Keilahian selalu diselaraskan dengan kemuliaan. Karena dalam diri manusia memiliki tujuan utama kelahiran, kemuliaan jiwa. Jiwa tidak membutuhkan kenyamanan tubuh. Jiwa membutuhkan kebahagiaan sejati. Dan kebahagiaan sejati tidak bisa dibeli dengan uang. Namun juga perlun diwaspadai bahwa anpa uang kita tidak mungkin menggapai kebahagiaan sejati.

Uang adalah energi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, makan, minum, sandang dan papan. Setelah ini terpenuhi, lakukan perjalanan jiwa. Kebahagiaan ada dalam diri, dan tidak perlu mencari dimana-mana. Tetapi  jika pikiran masih terikat pada perut yang lapar, tubuh yang sakit, maka perjalanan ke dalam diri pun susah dilakukan. Pikiran kita belum bisa melupakan perut lapar.

Jangan berpikir terlalu idealis. Untuk menempuh perjalanan spiritual, uang sangat dibutuhkan. carilah uang dengan cara tidak merugikan orang lain. Dalam perdagangan mencari uang pun tidak bisa sepenuhnya jujur, tetapi dalam batas kewajaran. Bukan berarti menipu diperbolehkan demi uang. memang ada golongan yang demikian, cari uang dengan segala cara, toh nanti bisa disucikan jika hasilnys disedekahkan sebagian.

Pemberdayaan diri manusia adalah mengembangkan intelejensia. Intelejensia adalah jembatan untuk menuju ke Yang Maha Mulia. Transformasi dari intelektual menjadi intelejensia adalah pekerjaan manusia seumur hidup. Lepasnya kemelakatan kenyamanan duniawi dari pikiran adalah intelejensia. Inilah sebabnya intejensia juga dikaitkan dengan pola pemikiran yang selaras dengan alam. Berbagi dan berbagi…….

Intelejensia berkaitan dengan sifat kasih dalam diri manusia. Kasih itulah Allah. Bukankah sofat alam pun demikian? Matahari, angin, air, dan udara berbagi tanpa memilih dan memilah…..

Kita juga memiliki kemampuan untuk membuat kelompok yang bertujuan untuk menunjang pertumbuhan evolusi jiwa. dan jika kita anggap kelompok tersebut bermanfaat bagi pengembangan kemuliaan jiwa kita, itu pula manfaat yang kita dapatkan. Tidak ada yang salah dalam memilih kelompok di luar. Yang harus difahami, apakah kelompok buatan kita mampu menjaga perkembangan evolusi atau sebaliknya?