Setelah memperoleh  Deva Sarira atau Tubuh Ilahi….berarti Kesadaran Ilahi selagi masih berbadan….adalah mudah untuk memperoleh keduanuya, Sukha atau Kebahagiaan dan Nirvana atau Keadaan Kekosongan Sampurna – Kebebasan.

‘Sesungguhnya, inilah rahasia dari kehidupan, dari kelahiran – awal, tengah, dan akhir dari segala pengetahuan.’

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

(Dvipantara Jnana Sastra by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com)

Jangan membayangkan yang disebut sebagai  ‘tubuh Ilahi’ adalah kekal abadi dan bersinar yang bisa dilihat oleh banyak orang secara fisik. Ataupun sakti mandra guna bisa terbang dan menembus tembok. Semuanya itu bukan membebaskan kita dari penderitaan. Sebaliknya bahkan membuat kita akan menderita dan yang paling parah membuat kita semakin menjauh dari jati diri ataupun tujuan kelahiran.

Kesadaran bahwa ini adalah milik Nya. Bukankah setiap kehadiran para suci dan master ataupun utusan Ilahi senantiasa mengingatkan bahwa Tuhan lebih dekat dari urat leher kita manusia? Dia ada dimana-mana. Wajah Allah di barat, di timur, dan dimana-mana. Dia ada didalam diri/tubuh dan di luar tubuh juga. Tidak bisa dipisahkan.

Tumbuhnya kesadaran itulah yang bisa membuat tubuh kita menjadi Deva Sarira atau Tubuh Ilahi. Jika bukan Tubuh Ilahi, tubuh siapa? Setan atau jin? Menyadari bahwa tubuh kita adalah Tubuh Ilahi akan membebaskan kita dari penderitaan. Langkah selanjutnya adalah juga menyadari bahwa tubuh orang lain atau sesama kita sebagai tubuh ilahi. Dengan landasan ini, kita sadar bahwa menyakiti serta berbuat kekerasan terhadap sesama manusia serta sesama makhluk adalah tindak yang sangat tidak tepat. Bahkan tindakan amat sangat salah. Bukan hanya kekrasan fisik, tetapi dari persangkaan atau pikiran yang beranggapan buruk terhadap orang lain. Ucapan juga.

Banyak dari kita menganggap bahwa bila kita sudah mengucapkan permintaan maaf, masalah sudah selesai. Sudah kembali ke angka NOL. Sama sekali salah. Kita bisa merasakan sendiri saat kita merasa sakit hati saat seseorang mencaci kita. Walaupun orang tersebut sudah minta maaf, apakah hilang atau terlupakan sama sekali? Sama sekali tidak. Ingatan tersebut masih ada. Masih eksis.

Demikian juga saat kita disakiti secara fisik. Walaupun ‘tampaknya’ sudah hilang dari pandangan, tetapi benarkah bisa hilang dari ingatan bahwa kita tidak pernah disakiti secara fisik? Belum lagi jika berakibat membekas pada lapisan fisik. Oleh karenany, jagalah mulut, pikiran, serta tindakan yang bisa menciderai sesama manusia atau makhluk. Janganlah beranggapan bahwa dalam diri setiap makhluk tidak eksis Dia. Jika kita beranggapan bahwa Dia hanya eksis dalam diri kita, kita telah melalikan bahwa Tuhan juga bersemayam dalam diri kita.

Bila kita bisa terus menerus mengingatkan diri atau ‘eling‘ istilah Jawa, maka kita bisa terbebaskan. Kebebasan itulah Kekosongan Sampurna. Kita tidak bisa merasakan kosong bila masih ada dalam pikiran atau anggapan bahwa benda dunia bisa membuat kita bahagia. Tiada benda di dunia yang bisa membuat kita bahagia. Paling banter hanya membuat kita lega. Terpenuhinya keinginan bukanlah kebahagiaan, hanya sekedar kelegaan sesaat. Bisa kita rasakan saat kita mendambakan benda yang amat sangat kita dambakan. Begitu terpenuhi keinginan atau yang didambakan, sangat lega. Bertahan berapa lama? Amat sangat pendek.

Namun saat kita tidak mendambakan sesuatu, tanpa sadar kita bahagia bila orang lain medapatkan kebahagiaan. Inilah Nirvana atau Kebebasan. Nirvana adalah moksha atau bebas dari keterikatan pada bendawi. Keterikatan ituylah penderitaan. Tanpa bebsadari keterikatan, rasa Sukha atau kebahagiaan tidak dapat dicapai.