Tuhan bukanlah tukang cuci dosa. Ia menyaksikan setiap perbuatan kita. Dan, ia membiarkan Hukum Alam, Hukum Sebab-Akibat, Hukum Aksi-Reaksi bekerja terhadap setiap orang tanpa pilih kasih. Jika kita memahami hal ini, terjadilah transformasi…….. dalam sekejap!” Anand Krishna
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Selama ini kita anggap bisa minta maaf kepada Tuhan jika melakukan dosa. Bahkan seringkali kita merasa sudah nyaman jika sudah minta maaf pada seseorang. Dan orang tersebut memaafkan kita. Kemudian kita lupa begitu saja. Parahnya kita melakukan kesalahan yang sama.
Tetapi, apakah maaf dari Tuhan bisa kita ketahui? Sementara ini, hanya persepsi kita yang maenganggap demikian. Kita pikir Tuhan memberikan maaf setelah kita minta maaf. Bahkan seringkali kita menggunakan persepsi sendiri, dengan melakukan dzikir permintaan maaf, misalnya. Enak sekali ya? Perbuatan yang menyakiti orang lain ataupun alam hanya cukup minta maaf dan kemudian lupa. Buktinya? Kita mengulangi perbuatan yang sama. Ini bukan tobat namanya. Tapi tomat, setelah tobat kemudian kumat….
Kita lupa bahwa tiada satupun perbuatan yang tidak dibalas. Perbuatan buruk dibalas perbuatan buruk. Perbuatan baik dibalas perbuatan baik. Inilah hukum sebab-akibat. Inilah hukum aksi-reaksi.
Kita sering menipu diri sendiri dengan berbagai alasan. Di suatu tempat kita berbuat kejahatan, menebang pohon dan merusak hutan di Kalimantan misalnya. Kemudian dengan segala kelicikan yang kita miliki, kita membangun masjid atau tempat ibadah lainnya. Bahkan sering dengan cara menebusnya dengan membantu anak yatim. Inilah kebodohan kita. Kita anggap bahwa perbuatan buruk bisa diimbangi perbuatan baik. Bukankah ini hanya anggapan manusia? Memang siapa diri kita? Bukankah dengan cara ini kita telah memperkosa hukum Tuhan, hukum sebab-akibat.
Benar sekali yang dikatakan Anand Krishna. Jika kita bisa memahami dan melakoni hukum sebab-akibat atau hukum aksi-reaksi, sekejap saja bisa terjadi transformasi diri.
Transformasi berarti perubahan paradigma berpikir. Kita jujur terhadap diri sendiri. Kita mesti sadar akan ayat: Tuhan lebih dekat dari urat lehermu. Berarti tidak ada keterpisahan antara kita dan Tuhan. Masih bisakah kita ingkar terhadap hukum sebab-akibat?