Menanggapi komentar seorang teman:

Saya tidak mengerti tentang tulisan anda. Tidak ada sesuatu yang bisa disimpulkan. Semua yang anda tuliskan banyak kebimbangan…...”

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Benar demikian adanya. Kehidupan inipun tidak akan dapat disimpulkan. Mana awal, mana titik akhir? Saya yakin dan percaya, banyak yang akan menjawab: Lahir itulah awal dan kematian itulah akhir. Betul jika yang kita bicarakan sebatas hidup si marhento. Tapi, apakah dengan kematian badan si marhento kehidupn akan berhenti?No, kehidupan akan tetap berlangsung with or without marhento. Semua akan berjalan sebagaimana adanya. isteri dan anak marhento tetap menjalani kehidupannya. Mungkin sedikit ada perubahan pola kehidupannya. Selanjutnya sama.

Badan si marhento bisa punah dan kembali ke tanah dan kemudian menyatu kembali keasalnya. Tanah. Namun ada yang tidak mati. Gumpalan pikiran yang disebut mind.Pastilah yang disebut jiwa yang menjadikan manusia hidup dan bergerak. Badan bagaikan bohlam/lampu. Jiwa bagaikan energi listrik. Aliran listrik ada jika bohlam menyala. Nyala sebagai indikator bahwa jiwa ada. Saat bohlam tidak lagi menyala, kemana energi listrik? Demikian pula badan yang mati, jiwa kembali ke asalnya. Gumpalan mind membeku/frozen.Menunggu proses selanjutnya. Saat instruksi dari ‘pusat’ datang, jiwa akan bertemu lagi dengan mind untuk melanjutkan proses. Dan inilah proses kelahiran berikutnya. Semua adalah proses perjalanan tiada akhir. Inilah yang disebut kehidupan.

Bagaimana akan bisa disimpulkan. Jika tulisan ini tentang ilmiah, mungkin bisa ditarik kesimpulan. Itupun sementara. Bukankah ilmu pengetahuan itu sendiri juga berkembang? Sesungguhnya tiada sesuatu pun yang bisa disimpulkan dalam kehidupan ini. Kesimpulan adalah titik henti. Berarti kematian. Dunia atau kehidupan akan terus berkembang. Bagaimana mungkin ada surga atau neraka jika demikian? Ini pendapat saya. Jika pun anda memiliki pendapat lain, sah-sah saja. Bukankah setiap insan memiliki pendapatnya? Memang ada seorangpun yang bisa mengikat pikiran kita? Badan bisa diikat karena berwujud fisik. Pikiran? Memiliki kebebasan tiada batas.

Mengenai kebimbangan. Jelas bimbang. Adakah seorangpun yakin besok apa yang bakal terjadi? Saya percaya tiada seorang pun berani menjawab, yakin. Sebagaimana kepercayaan anda bahwa besok matahari besok pasti terbit. Oleh karenanya, tiada seorangpun yang mendiskusikan tentang terbit atau tidaknya matahari esok pagi. Justeru ada kebimbangan itulah kehidupan. Jika semuanya bisa dapat dipastikan, tiada lagi seni kehidupan. Bimbang dan ragu, itulah seni kehidupan. Warna warni kehidupan. Jika tidak ada kebimbangan dan keraguan, kehidupan ini bagaikan dunia robot. Semuanya serba terpogram. Setelah ini selanjutnya itu. Tidak ada keindahan. Keindahan terjadi saat ada warna dan naik turunnya pola.

Yang bisa dipastikan hanya satu. Saat terjadi kesedihan, pasti kemudian muncul keceriaan atau kegembiraan. Masak sih? Ya jelas lah. Bagaiman mungkin bisa merasakan kegembiraan bila tidak ada pembandingnya? Kesedihan. Bukan kah itu pasangannya? Ada keindahan karena ada keburukan. Adanya malam karena adanya siang. Jka tidak ada, mana mungkin uang anda satu sisi bisa jadi alat pembayaran? Alias tidak laku.

Fahamilah bahwa kehidupan adalah seni yang mesti disikapi dengan keterbukaan……. Tiada yang konstan dalam kehidupan ini. Konstan berarti kematian. Tiada perkembangan.

Spiritual berarti berkembang dan berkembang. Tiada titik henti………….

Berhenti berarti mati……