Adakah waktu kemarin?
Adakah waktu besok atau akan datang?
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Bukankah hewan juga tidak kenal waktu kemarin dan akan datang?
Yang ada adalah waktu saat ini. Kita bisa mengatakan ‘Besok kita ketemu di tempat ini jam sekian.’ Saat hari H, dimanakah waktu yang disebut ‘besok’? Tidak ada bukan…
Misalkan kita memiliki uang banyak dan bisa terbang ke bulan. Kita tidak lagi terpengaruh waktu ukuran bumi. Dari bulan kita melihat bumi berputar mengelilingi matahari, adakah waktu kemarin dan akan datang? Bukankah yang ada hanya saat ini. Seandainya kita bisa mengikuti dengan mata telanjang semua kegiatan teman atau famili kita, yang kita lihat dari bulan adalah kegiatan saat ini.
Untuk lebih mudahnya, kita ambil bola dan kita lihat dari jarak tertentu, kemudian letakkan semuat atau benda yang kita anggap manusia. Putarlah bola bagaikan bumi mengelilingi matahari, amati. Bukankah semua kejadian hanya saat ini. Memang bagi yang di bumi akan terkena imbas pengaruh waktu yang berlaku di bumi. So, semuanya karena conditiong setempat. Dan semua persepsi pikiran. Jadi sesungguhnya kita semua hidup dalm persepsi.
Mengapa hewan tidak mengenal sedih karena peristiwa masa lalu? Atau cemas/khawatir menghadapi kejadian yang akan datang? Karena hewan belum memiliki intelejensia atau pikiran memilah. Mungkin ia sudah memiliki mind intelektual. Pikiran yang berdasarkan untung dan rugi. Hewan akan senang mendekati pada manusia yang memberikan keuntungan bagi dirinya. Ini insting hewani. Ini berasal dari batang otak mamalia. Manusia juga masih memilikinya.
Manusia bisa menjadi sedih karena peristiwa masa lalu. Mengapa? Karena manusia sudah memiliki intelejensia, kemampuan memilih dan memilah. Ini karunia. Karunia untuk memilih dan memilah dimiliki oleh manusia karena adanya neo-cortex. Pada manusia lebih lengkap dari hewan, limbik dan neo-cortex. Agar manusia bisa melampaui waktu yang didefinisikan sebagai: Kemarin dan Besok, konsep ini harus dilampaui.
Untuk sampai pada tahapan ini, pikiran manusia harus berubah secara total menjadi intelejensia. Pekerjaan ini hanya bisa dilakukan saat hidup sekarang. tanpa kehadiran tubuh, kita tidak bisa mengubah atau transformasi dari intelektual menjadi intelejensia. Para resi pendahulu kita sudah memberikan caranya, Yoga.
Dalam buku Dwipantara Yoga Sutera yang ditranskreasi oleh bapak Anand Krishna, www.booksindonesia.com tertuliskan dengan jelas bahwa inilah Kreativitas manusia paling agung. Untuk inilah manusia lahir di bumi. Suatu pekerjaan seumur hidup. Tidak ada yang disebut tamat atau lulus. Lulusnya bisa diketahui saat kematian. Jika saat kematian, kita berada di ranah intelejensia, kita lulus. Ketika masih hidup, jangan berkata sudah lulus meditasi. Perkataan sudah berarti menutup kemungkinan untuk berkembang dan belajar.
Sudah berarti kematian. Saat kita menyatakan ‘sudah’ berarti kita tidak mau lagi menerima sesuatu hal baru. Tiada lagi perkembangan. Tidak ada perkembangan berarti yang ada penyusutan dan mati. Ini kontradiksi dengan tujuan kelahiran. Tujuan kelahiran adalah berkembang dan berkembang terus. Selama manusia tidak mau menerima sesuatu yang baru, ia tidak berkembang. Inilah inkonsistensi manusia. Hanya manusia mati yang konsisten. Kemarin, hari ini dan besok tetap pada situasi dan kondisi sama.
Saat manusia sampai tahap intelejensia secara utuh, saat itu ia memahami bahwa kesempurnaan bukan di luar diri. Ia mnyadari bahwa kesempurnaan ada dalam dirinya. Dan dalam dirinya tiada waktu kemarin dan besok. Yang ada hanya saat ini. Dalam dirinya juga ia menyadari kebahagiaan abadi. Karena dalam dirinya bersinggasana Dia yang Maha membahagiakan. ia tidak lagi mencari sesuatu yang tidak abadi untuk bahagia. Bagaimana mungkin ia menggapai kebahagiaan abadi dari seuatu yang abadi? Bukankah semua yang di dunia tidak abadi akias semuatau ilusi?